Jakarta, Koranpelita.com
Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Danseskoal) Laksamana Muda TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD., menerbitkan buku karyanya yang berjudul “Indonesia Navy, Global Maritime Fulcrum and ASEAN”, di Jakarta belum lama ini.
“Buku diharapkan bisa menjadi acuan untuk para Perwira Mahasiswa Seskoal, para dosen perguruan tinggi, dan masyarakat umum lainnya, baik di Indonesia maupun di luar negeri, guna meningkatkan kapasitas dan kapabilitas TNI AL, mengoptimalkan kebijakan Poros Maritim Dunia, dan kontribusinya bagi kawasan Asia Tenggara,” ujar Danseskoal.
Dijelaskan, buku tersebut merupakan kumpulan makalah ilmiah yang telah disampaikan pada berbagai forum internasional tentang berbagai aspek angkatan laut dan kemaritiman. Kedua aspek tersebut adalah wujud keahlian “Center of Excellence” Seskoal yang dijadikan modal akademis menuju World Class Naval College pada 2024.
Pada kata pengantar buku, Danseskoal mengatakan, bagian pertama buku ini membahas peran dan fungsi TNI AL dalam mengemban amanat menjaga kedaulatan laut yurisdiksi nasional. Stabilitas keamanan maritim menjadi konsentrasi utama dalam bentuk berbagai operasi militer baik secara unilateral maupun bilateral dan/atau multilateral.
“Kerja sama internasional merupakan elemen penting yang harus dikembangkan dalam menangani berbagai bentuk ancaman dari kerawanan bencana alam dan dari tindak pidana di laut. Kualitas operasi militer harus lebih efektif sekaligus kuantitas operasi militer harus lebih efisien menjadi bagian dari kajian dan tesis para perwira mahasiswa Seskoal,” ujarnya.
TNI Angkatan Laut, ujarnya, dituntut untuk berbenah diri mengantisipasi dinamika lingkungan strategis dan perkembangan teknologi yang sangat memengaruhi pola dan macam operasi militer yang digelar. Tentunya, hal itu dengan bertumpu pada keunggulan sumber daya manusia TNI AL yang profesional dan berkarakter Pancasila, serta bebas dari radikalisme.
Kemudian, bagian kedua buku membahas peran serta TNI AL dalam menyukseskan berbagai program pemerintah sesuai dengan visi Poros Maritim Dunia. Selama ribuan tahun bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa bahari, yakni bangsa yang memiliki budaya maritim. Bahkan, Hukum Laut Internasional 1982 menyatakan Indonesia adalah negara kepulauan.
“Sehingga, sejatinya bangsa Indonesia tidak saja sebagai bangsa bahari melainkan sebagai bangsa maritim, yakni bangsa yang mampu mengoptimalkan sumber daya laut demi kesejahteraan nasional. Lima tahun terakhir TNI AL dipandang sebagai salah satu agent of change dalam transformasi bangsa Indonesia menjadi bangsa maritim,” ujarnya.
Bagian ketiga buku membahas peran penting TNI AL dan geopolitik maritim Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Berbagai inisiatif untuk mempertahankan stabilitas keamanan maritim merupakan agenda eksternal yang membutuhkan kemahiran diplomasi Angkatan Laut.
Kerja sama antara TNI AL dan Angkatan Laut ASEAN semakin lebih mengemuka ketika pada 2015 telah dicanangkan ASEAN Community. Beberapa program aksi di bawah kerangka ASEAN Political-Security Community merupakan inovasi TNI AL untuk memperkokoh kesatuan dan soliditas ASEAN menuju ketahanan regional di kawasan Asia Tenggara.(ay)