Jakarta, Koranpelita.com
Pemerintah tengah berfokus untuk menyelesaikan satu per satu pekerjaan besar di Indonesia. Setelah berfokus pembangunan infrastruktur lima tahun, kini pemerintah berfokus pembangunan sumber daya manusia lima tahun berikutnya.
Saat bertemu ilmuwan dan peneliti Indonesia di Korea Selatan, Presiden Joko Widodo menjelaskan pemerintah mulai menata riset dan inovasi. Diharapkan, setelah pembangunan SDM, pemerintah akan mulai berfokus pengembangan riset dan inovasi secara besar-besaran.
“Kita tidak ingin pikiran kita itu semuanya kita kerjakan, dan enggak ada hasilnya semuanya. Jadi pemerintah sekarang ini ingin bekerjanya fokus, gampang dikontrol, dicek, diawasi, sehingga tidak semuanya. Memang ini kita baru menata untuk riset dan inovasi,” kata Presiden Jokowi di Hotel Lotte, Busan, Senin, 25 November 2019.
Selain itu, di ibu kota baru nantinya Presiden ingin agar dirancang sebuah _cluster_ besar untuk riset dan inovasi, di samping _cluster_ pemerintahan dan _cluster_ pendidikan yang memuat universitas-universitas kelas dunia.
“Saya enggak tahu nanti perisetnya ada berapa puluh ribu, tapi saya ingin gede banget karena memang sudah kita siapkan lahan di ibu kota yang baru dan kita ingin kalau sudah masuk ke sana artinya memang harus dibelokkan. Yang dulu anggarannya banyak ke infrastruktur akan mulai digeser masuk ke riset dan inovasi,” jelasnya.
Berkaitan dengan riset dan inovasi, Presiden menjelaskan bahwa Indonesia mulai bertransformasi. Dalam bidang energi misalnya, penggunaan B20 yang sebentar lagi menjadi B30 telah berhasil mengurangi impor bahan bakar. Selain itu, Presiden juga ingin agar Indonesia tidak lagi mengekspor komoditas dalam bentuk bahan mentah.
“Saya kira negara kita memang terlalu banyak barang-barang yang bisa diubah dari yang dulunya diekspor barang mentah, menjadi barang-barang jadi atau setengah jadi. Itu strategi bisnis negara jadi ada _added value_, ada nilai tambah yang bermanfaat bagi rakyat. Dan kita harus optimis bahwa itu bisa kita kerjakan dengan baik,” katanya.
Pertemuan dengan para peneliti dan ilmuwan muda ini, kata Kepala Negara, mendorong semangat untuk meyakini bahwa apa yang diprediksi sejumlah lembaga internasional akan terwujud, yakni Indonesia emas 2045. Pada saat itu, Indonesia disebut akan menjadi empat besar kekuatan ekonomi dunia dengan pendapatan per kapita mencapai USD23.000-29.000 per tahun.
“Kalau sekarang UMK kita baru Rp2-3 juta, nantinya sudah berada pada Rp27 juta per bulan. Lompatan yang sangat besar sekali dan itu akan terjadi kalau _step-step_ besar, pekerjaan-pekerjaan besar di negara kita ini kita lalui dengan tahapan-tahapan yang benar, tanpa terganggu oleh misalnya turbulensi politik. Jangan sampai. Kalau stabilitas politik dan keamanan itu ada seperti ini terus, insyaallah hitung-hitungan itu tidak akan meleset,” ujarnya.
Turut mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan tersebut, antara lain, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi. (djo)