Palangka Raya, Koranpelita.com
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah berlangsung sekitar 3 bulan terakhir di Kota Palangka Raya. Fenomena ini berdampak pada banyak aspek kehidupan masyarakat. Salah satunya di bidang ekonomi.
Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalimantan Tengah (Kalteng) dalam rilisnya yang dikeluarkan kemarin (6/10/2019), menyebutkan, terdapat pola unik perubahan tempat berbelanja konsumen Kota Palangka Raya.
BI menyebut, sepanjang musim kabut asap yang terjadi pada periode Juli-September 2019, masyarakat lebih memilih berbelanja aneka kebutuhan konsumsi rumah tangga ke mini market, supermarket, toko serba ada (toserba), swalayan, departemen store, maupun mall.
Perilaku konsumen yang lebih memilih melakukan kunjungan belanja ke tempat-tempat demikian disinyalir untuk mendapatkan udara yang lebih segar karena sentra perdagangan tersebut menyediakan perangkat air conditioner (AC).
Akibatnya, jumlah pengunjung pasar-pasar tradisional yang tidak dilengkapi fasilitas AC pun mengalami penurunan.
“Berdasarkan informasi dari responden survei Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), terdapat penurunan pengunjung yang datang ke pasar tradisional dan berdampak pada penurunan pendapatan pedagang sekitar 20-30 persen, sebut BI.
Dijelaskan pula, terjadinya kabut asap tidak mengurangi pertumbuhan tingkat penjualan aneka barang kebutuhan. Bahkan, traffic customer mengalami peningkatan.
Selain mengubah pola belanja masyarakat, kabut asap akibat karhutla juga berdampak pada sektor-sektor lain.
Fenomena ini menyebabkan berkurangnya jam kerja ASN di sejumlah Pemda, berkurangnya aktivitas
lalu lintas masyarakat yang terpantau di jalan,
terganggunya aktivitas penerbangan pesawat udara, mengurangi produksi dan aktivitas pekerja sektor pertanian tanaman perkebunan, dan lain-lain. (SAR)