Teknologi Agri Bio Input Tingkatkan Produksi Komoditas Pangan
Jakarta,koranpelita.com
Bungaran Saragih, mantan Menteri Pertanian, mengatakan teknologi menjadi tantangan dan peluang pasar agro bio input pembangunan berkelanjutan.
“Inovasi menjadi kata kunci dalam produk pengendalian organisme Penganggu tanaman (OPT) seperti hama,penyakit dan bakteri,” ujarnya dalam seminar ‘Pengendalian Pirit, Wereng Batang Cokelat, dan Layu Fusarium dengan Teknologi Organik dan Hayati’ di Jakarta, Rabu (28/8/2019).
Tidak cukup dalam hal pemupukan saja, lanjutnya, bahwa sistem usaha tani diusahakan menggunakan pupuk organik dan hayati ia juga harus dibarengi dengan sistem pengendalian hama penyakit tanaman berkelanjutan melalui pendekatan penggunaan bio input organik dan hayatin
Upaya pengembangan pupuk organik ini mencakup perbaikan kondisi lahan yang sebagian besar sudah rusak akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan. Selain itu meningkatkan efisiensi pemupukan di lahan yang rendah kandungan c organiknya.
Hal lainnya pemenuhan kebutuhan pemupukan organik dan pengendalian hama penyakit tanaman bio input untuk pertanian organik yang menghasilkan produk organik yang berkembang pesat. Penggunaan agri bio input bukan hanya bertujuan meningkatkan produksi komoditas pangan tapi juga harus meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani dan keluarganya.
“Bukan berarti pertanian itu meniadakan budidaya tanpa anorganik.Masing masing ada tempat dan pasarnya tetapi tantangan dan tugas pemenuhan pangan nasional sangat riskan dan kurang bijak bila membabi buta pada pertanian pada anorganik ” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Bio-Agroinput Indonesia (ABI) Gunawan Setio mengatakan penggunaan pupuk organik dan hayati menjadi hal yang dibutuhkan saat ini . Bahkan sudah menjadi trend global dan terus mengalami peningkatan konsumsinya ‘Indonesia pun harus mulai beralih, mengingat kondisi tanahnya sudah rusak,” katanya.
Karenanya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian harus dimensi keberlanjutan. Dalam pengertian mampu bertumbuh terus, ramah lingkungan, serta dapat dipertanggung jawabkan secara sosial.
Melalui aplikasi teknologi organik dan hayati dapat mewujudkan pertanian yang berkelanjutan. “Pertanian yang bukan hanya untuk kepentingan saat ini tetapi juga kepentingan generasi yang akan datang. Pertanian yang bisa menghasilkan produk-produk yang bebas residu sesuai dengan standar ekspor,” jelasnya.
Diakuinya bahwa, pelaku bisnis organik dan hayati belum sebanyak kimia, tetapi untuk saat ini beberapa perusahaan bio pestisida/pupuk sudah mulai memproduksi organik dan hayati.(Vin)