Jakarta. koranpelita.com
Presiden Joko Widodo dalam pemerintahan selanjutnya akan menitik beratkan pada sektor Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan kompetitif tentu harus dibarengi dengan sarana dan prasaran yang memadai termasuk guru dan dosen. Tak pelak hal ini mendapat tanggapan dari pemerhati pendidikan Prof Sumaryoto
menurutnya untuk menciptkan SDM unggul perlu waktu dan proses.Seperti menghasilkan tenaga ahli dan ilmuwan melalui proses, dimana proses itu ada dalam satu sistem yaitu sistem pendidikan yang melibatkan banyak unsur.Benarkah?
“Supaya berproses banyak unsur yang terlibat dan pilarnya adalah dosen.Mahasiswa sebagai peserta didiknya dan lembaganya sebagai penyelenggara sarana prasarana.Dan lain-lain, itu semuanya membutuhkan proses ada dan outputnya adalah lulusan,”ujar Prof Sumaryoto selaku Rektor UNINDRA Ketika ditemui KORANPELITA.COM belum lama ini di Jakarta.
Menurut Prof Sumaryoto belum lagi aturan-aturan tentang berapa ideal perbandingan dosen- mahasiswa.
“Jadi tidak bisa kalau bicara asal unggul, bagaimana caranya terlalu sederhana. Peringkat perguruan tinggi bukan ukuran menghasilkan SDM yang unggul,”terangnya.
Dikatakan Prof Sumaryoto kenapa orang meributkan masaalah era industri 4.0 serba komputer segala macam namun lupa bagaimana mengantisipasi akibatnya. Sekarang kita menciptakan tenaga yang ahli komputer tapi kemudian lupa bahwa itu mengarah kepada padat modal.
“Jadi semakin sedikit peluang karena kesempatan kerja yang dihasilkan. Dampaknya mau dikemanakan lulusan yang sudah ada belum lagi yang baru lulus mau dibawa Kemana?. Mestinya pemerintah mengantisipasi bagaimana apabila terjadi seperti ini terutama dalam memaneg tenaga kerja,”ungkapnya.
Lebih lanjut Prof Sumaryoto mengatakan pemerintah harus mempunyai kebijakan untuk strategi ke depan jangan membicarakan SDM unggul, bicara tentang generasi milenial dan sebagainya.
“Sebetulnya hal itu simple dan yang lebih rumit adalah tanggung jawab pemerintah untuk mengantisipasi dan berkewajiban untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang lain,”urainya.
Hal yang lebih penting tambah Prof Sumaryoto adalah bagaimana menciptakan lapangan kerja baru untuk para lulusan sarjana di bidangnya masing-masing.
“Itu justru yang harus menjadi tanggung jawab dan perhatian pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja baru sebanyak- banyaknya. Kalau hal ini tidak diantisipasi akan muncul istilah disruption kekacauan. Karena itu semuanya serba komputer manusia dikemanakan,” tegasnya.
Alhasil menurut Prof Sumaryoto banyak perusahaan yang gulung tikar perusahaan misalnya satu konter bisa berapa orang sekarang menganggur dan itu yang lebih membahayakan.
“Sekarang ekonomi unggul tapi semuanya padat modal semuanya serba komputer maupun sekarang bisa-bisa mobil pakai remote tidak pakai sopir,”tandasnya.(han)