Makkah, Koranpelita
Com
Direktur Jenderal Haji dan Umrah Turki Remzi Bircan saat menggunjungi Misi Haji Indonesia, di Kantor Urusan Haji Indonesia, di Makkah.
“Kami ingin sekali belajar bagaimana mengelola haji seperti Indonesia,” ujar Remzi, Selasa 20 Agustus 2019.
Hadir dalam pertemuan tersebut Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Nizar Ali, Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Endang Jumali, para Pengendali Teknis PPIH, serta Kepala Daerah Kerja Makkah Subhan Cholid.
Indonesia menurut Rezmi, memiliki kuota tiga kali lipat lebih besar dari Turki. “Turki memiliki kuota sebanyak 80.000 jamaah. Itu terdiri dari 30.000 jamaah haji khusus dan 50.000 jamaah haji reguler,” imbuhnya.
Remzi melanjutkan dengan jumlah jamaah yang besar ini Indonesia dapat mengorganisasi dengan baik. Padahal pihaknya, melakukan pergerakan dari Makkah ke Arafah, kemudian dari Arafah ke Mina dengan membawa 80.000 jamaah saja sudah merupakan kesulitan tersendiri.
Remzi bermaksud membangun silaturahmi untuk kemudian dapat berbagi ilmu dan pengalaman dengan Indonesia. “Pembicaraan ini kami harap dapat kita dilanjutkan di Jakarta, Indonesia atau pun di Ankara, Turki,” ujarnya.
Sementara Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Nizar Ali menyampaikan terimakasih atas apresiasi yang diberikan.
“Alhamdulillah, kita diberikan kehormatan Turki untuk bertukar informasi. Kita dipandang sebagai pengelola ibadah haji yang rumit, karena dari sisi jumlah jamaah haji yang datang ke sini terbesar di dunia. Lalu kita juga dikenal jamaah haji yang paling tertib, paling penurut, sehingga ini mereka butuh belajar dari kita,” imbuhnya.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 45 menit tersebut, Remzi sempat terkejut dengan perbandingan jumlah jamaah dengan petugas haji. Turki memiliki 2.500 petugas untuk melayani 80.000 jamaah haji. Sementara, Indonesia hanya memiliki 4.300 petugas untuk melayani 231.000 jamaah haji.
“Mereka tadi sempat kaget juga dengan jumlah hotel yang kita sewa di Makkah. Di Makkah ini Indonesia menyewa 173 hotel, sementara di Madinah ada 106 hotel. Mengorganisasi ini jelas tidak mudah,” kata Sri Ilham.
Belum lagi jumlah maktab jamaah haji Indonesia di Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) jauh lebih besar dari Turki. Sebanyak 214.000 jamaah haji reguler Indonesia pada 1440H/2019M ini terbagi dalam 73 maktab, sementara Turki hanya memiliki 12 maktab untuk 50.000 jamaah.
“Banyak sebenarnya yang ingin dibicarakan, tapi kali ini waktunya terbatas. Nanti insyaAllah akan dilanjutkan di Indonesia atau Turki,” tuturnya. (djo/mch)