Padang, Koranpelita.com
Hingga beberapa dekade ke depan, perekonomian Indonesia masih akan begantung di sektor kelapa sawit. Karena itu perlu kebijakan strategis agar industri sawit tetap tumbuh- berkelanjutan, termasuk kontiyuiti di dalam aspek bisnisnya.
“Agak sulit mencari sektor lain yang bisa menggantikan peranan sektor kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia,” ujar Ketua Bidang Komunikasi GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Tofan Mahdi, dalam release yang dierima Koranpelita.com, Kamis (15/8/2019) malam.
Tofan mengatakan, sepanjang tahun ini, sektor kelapa sawit menghadapi tantangan karena harga minyak sawit yang melemah. Namun beberapa rencana kebijakan strategis pemerintah seperti mandatory B30 yang akan dilaksanakan awal tahun depan, mendorong sentimen positif pasar.
“Dalam beberapa hari terakhir harga komoditas sawit perlahan menguat, ini angin segar buat semuanya,” kata Tofan yang menjadi pembicara dalam workshop wartawan dan Humas Pemerintah di Padang, Sumatera Barat (14/8/2019).
Tahun 2017, sumbangan devisa ekspor sawit mencapai rekor tertinggi yaitu USD 22,9 miliar atau sekitar Rp 320 triliun.
“Melihat tren harga sepanjang tahun 2019, sumbangan devisa ekspor sawit tahun ini akan lebih rendah dibandingkan satu atau dua tahun sebelumnya,” sebut Tofan.
Kendati begitu, diapun optimistis bahwa sektor kelapa sawit sangat prospektif meskipun hambatan dari negara maju semakin berat, seperti dari Uni Eropa. Sebagai pasar ekspor minyak sawit Indonesia terbesar kedua, kebijakan RED II dan kebijakan EU mengenakan bea masuk 18% untuk produk minyak sawit Indonesia, cukup memukul industri sawit.
“Rasanya saat ini tidak ada komoditas lain yang sehebat sawit. komoditas lain sekarang sudah impor, hanya sawit yang ekspor,” tegas Tofan.
Ini semua lanjut dia, masalah perang dagang. Maka jangan biarkan kampanye negatif mematikan industri sawit. Sebab jika dibiarkan, Indonesia bisa-bisa menjadi importir sawit suatu saat nanti dan itu yang negara lain harapkan.
Sehingga agar tidak terlalu bergantung terhadap pasar ekspor, maka penyerapan dalam negeri perlu dioptimalkan dan GAPKI mengapresiasi upaya pemerintah yang telah menjalankan program mandatori biodiesel B20 dan B30 pada awal tahun depan.
Senada Division Head Biodiesel and Product Development Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia (BPDPKS), Fajar Wahyudi, mengungkapkan optimistisnya atas program mandatori biodiesel akan bisa rampung dalam 3 tahun.
“Penggunaan sawit untuk biodiesel memiliki dampak yang signifikan yakni menambah lapangan pekerjaan di sektor industri dan perkebunan sawit, meningkatkan demand terhadap CPO, stabilisasi harga CPO dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit,” beber Fajar. (Ipik)