Bogor, Koranpelita.com
Tingkat kualitas pendidikan di Indonesia dibanding dengan negara serumpun seperti Malaysia masih rendah dan tertinggal.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan; kurikulum sering berganti, memudarnya karakter bangsa seperti rendahnya disiplin dan intervensi politik dalam pendidikan.
Demikian benang merah pengarahan dan dialog terbatas oleh tim akreditasi Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN SM) di SMA Ibnu Hajar Pamijahan Bogor, Kamis(15/8).
Hadir menjadi pembicara dari BAN-SM Jawa Barat, Maman Suherman dan Daruri, Ketua Yayasan Darul Hijrah Pipin Rusli Maulani, Ketua Komite Sekolah Encep Azis Muslim, Kepala SMA Ibnu Hajar Rani Haerani, seluruh dewan guru dan warga sekolah.
Maman Suherman menjelaskan pada tahun 1970-1980, banyak pelajar dari negeri jiran Malaysia menuntut ilmu ke Indonesia. Saat itu pendidikan Indonesia manjadi barometer dan rujukan negara-negara di ASEAN.
“Sekarang kita prihatin, Vietnam sudah menyusul Indonesia dalam peringkat pendidikan,”kata Maman, asesor kelahiran Garut.
Hal senada juga diungkapkan Daruri, pengalamannya selama muhibah ke Korea Selatan, mutu pendidikan di negara penghasil ginseng itu maju pesat. Seluruh warga Korsel dikenal disiplin.
“Warga Korsel sangat tepat waktu. Mereka akan marah besar jika ketepatan waktu diabaikan,” kata Daruri, asesor kelahiran Tegal Jawa Tengah.
Selain itu, kurikulum di Korsel sangat menitikberatkan keahlian. “Terlalu banyak pelajaran. Itu memberatkan peserta didik. Pengetahuan dan keahliannya kurang,” ujar Daruri yang juga kandidat doktor dari Uninus Bandung.
Selain itu, sejak dini telah ditanamkan semangat patriotik, bahwa bangsa Korsel lebih hebat dibanding Jepang. (zis)p