Oleh: Encep Azis Muslim
Dalam penganugrahan KH Sholeh Iskandar Award
Sebagai komandan batalion di masa perang mempertahankan kemerdekaan, KH Sholeh Iskandar dikenal sebagai ahli taktik gerilya. Keandalannya dalam mengorganisir pasukan diakui oleh berbagai kalangan baik di dalam maupun luar negeri. Selepas dari dinas militer, KH Sholeh Iskandar lebih banyak berkiprah dalam bidang pendidikan, kemasyarakatan dan pemberdayaan ekonomi ummat.
Sejumlah intitusi pendidikan, dari mulai pesantren, lembaga pengajian hingga universitas didirikan termasuk rumah sakit serta lembaga keuangan syariah. Sampai saat ini lembaga-lembaga yang didirikan KH Sholeh Iskandar yang menyebar di Kota Bogor dan Kabupaten tetap eksis melayani masyarakat.
Di tengah aktivitasnya yang padat sebagai tokoh besar yang berpengaruh di bogor, perhatian kepada keluarga besarnya yang tinggal di sekitar Kampung Pasarean dan Kampung Barengkok Leuwiliang tidak pernah berkurang. Salah seorang keponakan KH Sholeh Iskandar yang merasakan langsung kepedulian dan kedekatan adalah H Taupiq Rahman.
Dalam berbagai kesempatan pertemuan antara KH Sholeh Iskandar dan H Taupiq Rahma sering terjadi dialog menyentuh dan bersifat mengayomi. Pada sebuah pertemuan, KH Sholeh Iskandar menanyakan secara langsung kepada H Taupiq Rahman yang saat itu masih berusia muda. “Mengapa ananda tidak kuliah ke perguruan tinggi,” kata H Taupiq Rahman menceritakan percakapan tersebut. Taupiqpun menjawab bahwa dirinya belum kuliah dan terlebih dahulu akan berdagang agar bisa hidup mandiri.
Pada 1977, tahun yang menjadi titik balik penting bagi kehidupan Taupiq Rahman. Pilihan hidupnya dengan menjadi seorang pedagang emas di Pasar Leuwiliang Bogor dengan brand “Toko Mas Budiman” mulai menggeliat. Apalagi dengan suntikan modal dan dukungan moril dari KH Sholeh Iskandar, menambah keyakinan Taupiq Rahman yang saat itu masih muda dan energik dalam berdagang. Perlahan tapi pasti, Toko Mas Budiman mulai dikenal warga Leuwiliang dan sekitarnya.
Taupiq, pemuda yang lahir di kampung Pasarean ini melihat peluang usaha lain dalam perdagangan berbagai komoditas. Produk hasil alam seperti cengkeh, kopi dan karet mulai diperjualbelikan. “Saya banyak belajar tatacara dagang dari seorang warga keturunan (pedagang Cina), bagiamana cara meraih untung jual beli komoditas barang,” kata Taupiq mengisahkan perjalanan hidupnya.
Naluri bisnis Taupiq tidak berhenti sampai di situ, anak muda yang masa kecilnya dibesarkan di kampung Barengkok ini melihat peluang lain yang tidak kalah menjanjikan. Usaha baru membuka pabrik bata merah dan genteng juga mulai dirambahnya. Untuk usaha ini, KH Sholeh Iskandar sering bertukar pikiran dan memberikan nasihat agar usahanya berkembang.
“Saran penting dari KH Sholeh Iskandar kepada saya agar membeli mesin pembakaran bata merah dan genteng dari Belanda,” katanya. Berbagai usaha dan bisnis yang dikembangkan Taupiq Rahman sebagian besar berhasil mencetak laba meski pernah juga mengalami kerugian. “Saya pernah juga mengalami kerugian besar dalam bisnis terutama dalam peleburan emas,” katanya.
Di awal tahun 1990an, KH Sholeh Iskandar melihat secara kasat mata adanya ketimpangan ekonomi ummat di Bogor Barat yang cukup lebar. Sisi humanisme dan kepedulian terhadap nasib kaum lemah kembali terpanggil dan gagasan besarpun mulai digelindingkan. Dalam pemikiran dan visi jauh ke depan, KH Sholeh Iskandar menggagas harus ada lembaga keuangan dan permodalan untuk meningkatkan taraf hidup dan perekonomian ummat. Pada tahun 1992, Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) yang diberi nama Amanah Ummah secara resmi didirikan berbasis di Leuwiliang Bogor.
Lembaga keuangan yang baru dibentuk ini, tentu harus dipimpin oleh seseorang yang punya kapasitas, kapabilas dan kompentensi manajerial. Hanya saja pada saat itu, seseorang yang memiliki kemampuan untuk menahkodai sebuah lembaga keuangan masih sangat terbatas. KH Sholeh Iskandarpun akhirnya manjatuhkan pilihannya kepada H Taupiq Rahman untuk memimpin BPRS Amanah Ummah. KH Sholeh Iskandar yakin dengan kemampuan Taupiq Rahman. Bukan karena kedekataan hubungan persaudaraan sebagai keponakannya, akan tetapi, H Taupiq Rahman dinilainya memiliki segudang pengalaman sebagai praktisi bisnis dan punya potensi besar untuk mengorganisir BPRS Amanah Ummah.
“Sampai dua kali saya diminta KH Sholeh Iskandar untuk memimpin Amanah Ummah. Saya menolak permintaan itu karena sadar tidak memiliki kemampuan dan pengalaman. Akhirnya untuk yang ketigakalinya diminta,saya tidak bisa menolaknya dan bersedia menjadi Dirut Amanah Ummah,” kata H Taupik Rahman.
Hal pertama yang dilakukan H Taupiq Rahman dalam memimpin Amanah Ummah memperkuat basis dukungan dari keluarga besarnya. Modal pertama adalah uang sebesar Rp 100 juta terhimpun dari 10 orang keluarganya serta beberapa tokoh masyarkat Bogor Barat yang peduli dengan BPRS Amanah Ummah. Selama tiga tahun berjalan, BPRS Amanah Ummah belum mampu mencetak laba. Selama kurun waktu tersebut, keluarga besar H Taupiq Rahman menyediakan makan gratis bagi seluruh karyawannya.
Selain belum berhasil memperoleh keuntungan, tantangan berat lainnya yang dihadapi BPRS Amanah Ummah adalah upaya sosialisasi di tengah-tengah komunitas masyarakat. Resistensi dan penolakan warga atas upaya sosialiasi masih sering terjadi di lapangan.
“Petugas-petugas di lapangan ketika sosialisasi tidak mendapat sambutan positif, sarana pendukung sosialisasi dihambat dan petugasnyapun disuruh pulang,” ujarnya. Berbagai penolakan di tengah masyarakat tidak menyurutkan langkah dan tekad seluruh manajemen. Malahan hal itu semakin memperkuat semangat seluruh staf dan manajemen untuk terus tanpa lelah bersosialisasi. Manajemen BPRS Amanah Ummah menyadari sebagian masyarakat belum memahami pentingnya lembaga keuangan syariah.
Upaya kerja keras H Taupiq Rahman selaku Dirut dan manajemen pada akhirnya mulai membuahkan hasil. Masa-masa awal kesulitan dengan berbagai tantangan berhasil dilewati. Melewati tahun ketiga, kinerja BPRS Amanah Ummah mulai menggembirakan, kepercayaan masyarakat mulai meningkat dan yang lebih penting BPRS Amanah Ummah sudah mandiri.
Tidak membutuhkan waktu lama, BPRS Amanah Ummah berhasil meraih berbagai penghargaan yang prestisius dari beberapa lembaga. Lima kali berturut-turut memperoleh Golden Award dari majalah Infobank sebagai BPRS berkinerja terbaik. Bank Indonesia (BI) pun mengganjarnya dengan nilai 97,4 berdasarkan hasil audit. “Bahkan BI memberikan dispensasi pengecualian kepada saya untuk terus menjadi Dirut BPRS Amanah Ummah meski saya bukan sarjana,” ujar H Taupiq Rahman.
Memasuki milad yang ke-25 pada tahun 2017, dengan asset pertumbuhan sebesar Rp 300 miliar, BPRS Amanah Ummah telah memiliki gedung sendiri yang refresentatif tiga setengah lantai. Dalam peresmian gedung baru, turut hadir Dedi Mizwar selaku Wakil Gubernur Jawa Barat dan Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin yang sekarang menjadi Wakil Indonesia terpilih periode 2019-2024.
KH Sholeh Iskandar adalah ahli strategi dan taktik perang gerilya yang dimiliki Indonesia dalam perang kemerdekaan. Di masa damaipun dan dipenghujung pengabdiannya untuk ummat, bangsa dan negara utamanya bagi warga Bogor, kepiawainnya dalam memutuskan pilihan kepada seseorang untuk memimpin BPRS Amanah Ummah tidak kalah taktisnya. KH Sholeh Iskandar telah memilih H Taupiq Rahman sebagai Dirut BPRS Amanah Ummah. Sebuah pilihan tepat dan teruji dalam sejarah di kemudian hari.
Wassalam.