Labuan Bajo, Koranpelita.com
Shana Fatina Sukarsono, perempuan muda yang dipercaya Menteri Pariwisata menjadi PIC (Person in Charge) Labuan Bajo Tim Percepatan Destinasi Pariwisata Prioritas pada 2016.
Dirinya mulai bekerja sejak tahun 2016 dan kemudian dipilih menjadi Direktur Utama BOP Labuan Bajo Flores Januari 2019.
Shana bukan orang baru dalam usaha menjadikan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata seperti saat ini.
Shana sudah lama berkecimpung di Labuan Bajo, sejak 2010 saat itu dirinya mendirikan PT Tinamitra Nusantara Mandiri, perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan berkelanjutan.
Sebagai Tim Percepatan 10 DPP, Shana diberikan tugas untuk melakukan pendataan, pendalaman, dan merumuskan langkah besar apa saja untuk percepatan pembangunan kawasan khususnya di Labuan Bajo. Selama dirinya menjabat sebagai PIC di sana, ia berhasil mencatatkan pencapaian projek management destinasi, khusus di Labuan Bajo sebesar 114 persen. Pencapaian tersebut dapat dilihat dari kunjungan wisatawan yang dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan.
Dari tahun 2015 jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Labuan Bajo meningkat 102% di tahun 2018, sedangkan wisatawan nusantara meningkat 340%. Dari hasil jumlah wisatawan yang terus meningkat ini, ia pun menargetkan Labuan Bajo dan Flores untuk siap menerima kunjungan 500,000 wisatawan mancanegara, tentunya dengan pengelolaan yang mengedepankan prinsip pariwisata berkelanjutan mengingat Taman Nasional Komodo merupakan Warisan Dunia yang memerlukan perlakuan khusus.
Menjadi sosok PIC bukanlah hal yang mudah bagi dirinya, akan tetapi Shana tetap berjuang demi peningkatan kesejahteraan di Labuan Bajo. Tidak henti-hentinya ia terus berusaha, hingga akhirnya menunjukkan perubahan yang cukup signifikan dan membuat Menteri Pariwisata bangga akan perkembangan di Labuan Bajo. Dia terus melakukan kerjasama dengan berbagai kementerian dalam percepatan pembangunan, antara lain Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN, juga kementerian terkait lainnya. Koordinasi intensif juga dilakukan bersama Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi, termasuk elemen pentahelix lainnya yaitu swasta, akademisi, komunitas, dan media. Berbagai elemen masyarakat disentuh, mulai dari desa hingga pengusaha setempat. Semuanya demi misi mengedepankan kolaborasi sehingga semua pihak bersama-sama berperan mewujudkan destinasi Labuan Bajo kelas dunia.
Perkembangan aksesibilitas, yang dikawal oleh Shana menunjukkan hasil yang sangat positif. Pada udara, pengembangan Bandara Komodo yang dulu memiliki panjang lintasan 2.150 m di tahun 2015, di tahun 2018 memiliki 2.450 m dan dengan bangunan baru yang lebih representatif. Sedangkan pada penerbangan langsung dari Jakarta di tahun 2015 belum ada, tapi di tahun 2018 sudah tiga maskapai yaitu Garuda Indonesia, Batik Air, dan Citilink. Termasuk tambahan rute langsung ke Lombok, Makassar, dan Bali melalui maskapai Wings Air, NAM Air, dan lainnya.
Untuk di perairan, Shana yang sebagai PIC Labuan Bajo yang pada 2015 belum ada Mooring Buoy, tapi di tahun 2018 sudah ada dan telah menyebar di seluruh Labuan Bajo yaitu pemasangan 32 Mooring Bouy prioritas di Kawasan TN Komodo dan penetapan 49 titik Mooring Bouy. Semula alur Pelayaran di tahun 2015 tidak ada dan di tahun 2018 penetapan aluran pelayaran sudah ada di TN Komodo dan perairan Manggarai Barat. Namun di bagian darat lah Shana harus ekstra kerja keras, karena di bagian sinilah ia harus mengubah semuanya. Awal dia berpikir bahwa darat akan mengalami pelambatan, namun hal tersebut ia tepis dan terbukti hasilnya sangat bagus.
Pada rute Labuan Bajo – Boleng – Terang – Kendidi di tahun 2015 belum ada, tapi di tahun 2018 sudah ada dan mencapai 24,5 km. Akses lanjutan Bandara Komodo pada 2018 sudah diwujudkan dan mencapai 8,2 km. Sedangkan penataan Desa Wisata sejak tahun 2016 melibatkan Desa Wisata Liang Ndara di Manggarai Barat, Desa Pasir Panjang di Pulau Rinca, dan banyak lagi. Sedangkan untuk Pelabuhan Kemas yang di tahun 2015 masih dalam perencanaan, dan di tahun 2018 sudah dilakukan pembebasan lahan pelabuhan peti kemas. Dan menjadi target Presiden untuk segera memindahkan pelabuhan peti kemas dari pelabuhan Labuan Bajo.
Dari pencapaian tersebut ia dipercaya sebagai Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata (BOP) Labuan Bajo Flores diawal tahun 2019. Namun menjadi sosok nomor satu di BOP Labuan Bajo Flores, bukanlah hal yang mudah untuk Shana dalam menjalaninya, karena banyak tantangan yang tidak terduga yang harus dihadapinya. Untuk menghadapi tantangan yang berat dalam menjalankan tugasnya, wanita yang suka kerja keras dan sangat peduli pada masyarakat di Labuan Bajo tahu bagaimana mengembangkannya menjadi daerah wisata premium.
Saat ini dia mengusung tiga strategi dalam mengembangkan wisata di Labuan Bajo, yaitu percepatan pembangunan SDM, penyediaan infrastruktur dasar, dan percepatan integrated tourism masterplan wisata bahari berkelas dunia. Labuan Bajo ditargetkan ke depan sebagai pintu gerbang pariwisata NTT, yang menawarkan destinasi bahari dan budaya kelas dunia dengan prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan. (nie)