Sampit,Koranpelita.com.
Pertanyaannya,untuk kesejahteraan siapa pembangunan dilakukan?
Ternyata 74 tahun kita sebagai bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan.
Namun yang menyedihkan, ada tiang bendera di SD Bantu Dusun Cemeti Desa Setiruk Kecamatan Pulau Hanaut Kabupaten Kotawaringin Timur ( Kotim) Provinsi Kalteng , terbuat dari pohon galam seadanya.
Keberadaan tiang bendera seadanya dari pohon galam itu disampaikan Camat Pulau Hanaut Kotim Ir. Eddy Mashami Jum’at ( 9/8).
Potret bendera dari tiang pohon galam itu diketahui ketika berkunjung ke SD bantu di Dusun Cemeti Desa Setiruk di tepi Laut Jawa yang masuk wilayah Kecamatan yang dipimpinnya.Nanti kalau ada kunjungan lagi kesana,tiang bendera itu akan diganti dengan yang lebih layak,tambah Eddy Mashami Camat Pulau Hanaut Kotim ini.
Ironis , bukankah Kotim punya slogan bergerak cepat membangun Kotim? dan Kotim hebat?
Lalu apakah itu hanya slogan tong kosong nyaring bunyinya? Entahlah. Yang jelas di perkotaan Sampit dibangun proyek pemerintah nan megah seperti rujab Bupati Kotim senilai kurang lebih Rp.36 miliar,kompleks ikon patung jelawat yang juga menelan dana tidak sedikit. Perizinan terpadu yang juga menelan anggaran di atas Rp.30 miliar. Termasuk pembangunan RSUD Dr Murjani Sampit kurang lebih Rp.150 miliar.
Intinya, sebagai rakyat yang berdaulat dalam negara demokrasi, akan mendukung dan mengapresiasi jika pembangunan yang dilakukan itu mengedepankan skala prioritas,azas manfaat dan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat.
Tetapi jika berorientasi pendekatan proyek diduga hanya mengejar fee proyek dengan dalih untuk kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah, akan dipertanyakan dan dikritisi.Tersebab dari 17 Kecamatan di Kotim masih banyak wilayahnya tertinggal dan hidup dengan segala keterbatasan.Lagian wajar masyarakat peduli dan kritis,karena anggaran yang digunakan untuk membangun Kotim ini merupakan uang rakyat. ( Ruslan AG ).