Bandung, Koranpelita.com
Ada korelasi bahwa kecakapan literasi berkontribusi besar pada kualitas hidup. Korelasi yang signifikan bagi negara berkembang memungkinkan terjadinya transformasi pembangunan yang berdampak pada ekonomi. Hasilnya sudah nampak di sejumlah negara maju.
“Ini yang akan kita tiru,” ujar Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar pada kegiatan Fasilitasi Penggerak Literasi di Kota Bandung, Kamis sore,(4/12/2025).
Hingga kini, lanjut Adin, kita masih menemukan akar persoalan literasi. Mulai dari kurangnya sumber-sumber bahan bacaan yang sesuai dengan minta baca, kurangnya fasilitas pendukung untuk penguatan pembangunan literasi, sampai rendahnya dukungan dari pemangku kepentingan dalam penguatan pembangunan literasi.
“Belum lagi adanya komplikasi atau beragam pemahaman tentang literasi di kalangan penggerak literasi,” tambah Adin.
Melihat kondisi tersebut, Perpusnas tidak tinggal diam. Maka, program penguatan budaya baca dan literasi digelontorkan. Pendirian titik baca, bantuan bahan bacaan bermutu, pojok baca digital (Pocadi), transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS) hingga dukungan bagi pengembangan sekolah rakyat merupakan deretan program yang diandalkan.

Dari data internal, tercatat sudah 568 lokus Pocadi, 2.917 lokus TPBIS, 176 titik baca, 971 mobil perpustakaan keliling, 245 motor perpustakaan keliling, 150 lokus sekolah rakyat, hingga 20 juta eksemplar buku dari 20 ribu lokus bantuan bahan bacaan bermutu diberikan Perpusnas.
“Bahkan, di tahun ini Perpusnas menelurkan tiga program inovatif, yakni Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik literasi, bantuan pengembangan perpustakaan Sekolah Rakyat, dan Relawan Literasi Masyarakat (Relima),” ucap Adin.
Penguatan budaya baca dan literasi tidak bisa dilakukan Perpusnas sendirian. Perlu juga support dari daerah dan pegiat/komunitas literasi.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Barat Kusmana Hartadji mengakui literasi adalah gerakan bersama sehingga perlu kolaborasi dan sinergi tanpa batas. Di Jawa Barat, terdapat 774 TBM yang aktif, 476 diantaranya telah mendapatkan bantuan bahan bacaan bermutu.
“Ekosistem literasi harus dijalankan berkelanjutan dengan jejaring antarTBM, institusi pendidikan, dan pemerintah daerah,” ucap Hartadji.
Kegiatan Fasilitasi Penggerak Literasi merupakan bentuk kerja sama Perpusnas dengan Pengurus Pusat Forum TBM.
Dalam kesempatan tersebut, hadir ratusan peserta pegiat literasi/pengelola TBM dari seluruh wilayah kabupaten /kota di Jawa Barat. Mereka diberikan pembekalan terkait penguatan organisasi TBM, optimalisasi penggunaan media digital dalam gerakan literasi, hingga teknik menulis feature aktivitas di TBM. (Vin)
www.koranpelita.com Jernih, Mencintai Indonesia