Bekasi, Koranpelita.com
“Masih ada neng,…”
“Masih ada neng,…”
“Masih ada neng,…”
Begitu Kong Sirin, 80, menjajakan dagangan berupa pupuk kandang, kembang dan pot. Kalau musim buah, membawa pisang, nangka, rambutan atau buah langka semacam kecapi.
Dagangan yang dijajakan keliling di perumahan sekitar tempat tinggalnya. Babakan, Mustikasari, Mustika Jaya, Kota Bekasi.
Rumah tinggal yang berjarak 500 meter, berkeliling perumahan pagi hari dan.kembali menjelang dhuhur. Kalau sore menjelang ashar atau Maghrib.
Kong lebih banyak beristirahat, ngobrol di pos ronda atau sesekali bercerita masa muda.
“Gua jalan kaki dari Bekasi sampai Pasar Ikan, Senen, Gambir atau Pejompongan,” kata Kong mengawali cerita.
Babakan ini, Kong Sirin mengawali cerita kumpeni banyak menjatuhkan bom. Banyak juga yang meninggal, banyak menjadi korban.
“Gua sudah ikut berlari-lari, umur sudah gedean, sudah disunat,” kenangnya.
Seberang sawah lanjutnya, tanah warga jadi tempat pertempuran sengit. Tanahnya direbut dan dibuat surat menjadi milik kompeni.
Kong Sirin mengharapkan anak muda sekarang mempelajari sejarah. Mengenang masa lalu, orang tua kita memperjuangkan kemerdekaan, menjaga kemerdekaan menjadi tugas bersama.
“Anak.muda sekarang kudu menjaga kemerdekaan yang orang tua kita sudah memperjuangkan,” pungkasnya. (djo)