Oleh: Nia Samsihono
International Standard Book Number (ISBN) adalah kode unikyang digunakan untuk mengidentifikasi buku di seluruh dunia. Meskipun ISBN memiliki banyak manfaat, pengajuan ISBN di Indonesia sering kali dianggap rumit dan membebani penerbit, terutama penerbit kecil atau individu. Dalam konteks ini, ada alternatif seperti QRSBN (Quick Response Standard Book Number) bisa menjadi solusi yang lebih praktis dan fleksibel.
Apa itu ISBN dan Kegunaannya?
ISBN adalah kode standar internasional untuk buku yang berfungsi sebagai identitas unik. Buku dengan ISBN lebih mudah dicari di perpustakaan, toko buku, dan platform penjualan daring. Namun, prosedur pengajuan ISBN di Perpustakaan Nasional kerap dianggap memberatkan, seperti persyaratan formulir bermaterai dan proses yang sering kali memakan waktu serta biaya tambahan. Manfaat ISBN untuk buku itu antara lain dapat mempermudah distribusi dan penjualan. Buku dengan ISBN dapat dijual melalui toko buku besar dan platform daring seperti Amazon atau Gramedia.
ISBN mempermudah buku dicatat di katalog perpustakaan dan ditemukan oleh pembaca. ISBN memberikan legalitas penerbitan dan perlindungan hak cipta. Namun, apakah ISBN selalu diperlukan? Ini pertanyaan yang sering diajukan oleh para guru atau dosen yang akan menerbitkan buku mereka. Oleh karena terbitan buku dengan ISBN akan mendapat nilai yang tinggi untuk akreditasi mereka menjadi guru atau dosen. Padahal, ternyata tidak semua buku membutuhkan ISBN, terutama jika buku tersebut hanya untuk kalangan terbatas atau tidak dimaksudkan untuk pasar luas.
Kendala Mendapatkan ISBN di Indonesia
Para penerbit sering mengalami kendala ketika mengajukan buku yang akan diterbitkan ber-ISBN ke Perpustakaan Nasional Jakarta. Di panduan pengajuan ISBN memang terlihat mudah, apalagi ketika itu dapat dilakukan dengan daring (online). Kenyataannya, pengajuan ISBN memerlukan formulir bermaterai dan ketika itu sudah dipenuhi, petugas yang menerima formulir bermaterai kadang mengatakan formulir itu belum benar, padahal sudah ditandatangani di atas materai.
Jika terjadi kesalahan pengisian, penerbit harus mengajukan ulang, sehingga membuang waktu dan uang. ISBN ini kurang relevan untuk buku terbatas. Buku yang dicetak untuk kalangan terbatas, seperti laporan perusahaan, modul pelatihan internal, atau buku keluarga, tidak membutuhkan ISBN karena tidak masuk ke pasar umum.
Alternatif: QRSBN untuk Buku
Sebagai alternatif ISBN, QRSBN dapat menjadi solusi yang lebih praktis. QRSBN adalah kode identifikasi berbasis QR yang lebih fleksibel, murah, dan cocok untuk berbagai jenis buku. Kemudahan Pembuatan QRSBN membuat para penulis atau penerbit beralih dari ISBN. Penulis atau penerbit dapat membuat QRSBN secara mandiri menggunakan platform daring, tanpa prosedur rumit seperti formulir bermaterai.
QRSBN cocok untuk buku yang hanya dicetak untuk kalangan terbatas. Kode QR ini dapat menyimpan informasi penting seperti judul, penulis, dan edisi, tanpa harus mendaftar di Perpustakaan Nasional. Oleh karena tidak memerlukan proses administrasi yang kompleks, QRSBN jauh lebih murah dibandingkan ISBN. Fungsi digital yang lebih canggih QRSBN dapat diintegrasikan dengan teknologi digital, seperti tautan kekatalog daring atau file digital buku.
Mengapa QRSBN Lebih Relevan untuk Penulis dan Penerbit Kecil?
QRSBN memberikan solusi bagi penulis yang tidak ingin terjebak dalam proses panjang pengajuan ISBN. Selain itu, QRSBN lebih sesuai untuk penulis yang ingin menyebarkan buku mereka secara mandiri tanpa target pasar luas. ISBN memang penting untuk buku yang dipasarkan luas, tetapi tidak relevan untuk semua jenis buku. Alternatif seperti QRSBN menawarkan solusi yang lebih sederhana dan efisien, terutama bagi penulis atau penerbit kecil.
Di tengah kerumitan sistem ISBN yang ada, QRSBN bisa menjadi pilihan yang layak untuk mendukung penerbitan buku di era digital. Penulis disarankan agar beralih mempertimbangkan QRSBN sebagai alternatif praktis untuk menjangkau pembaca dengan lebih mudah tanpa terbebani proses administratif yang berbelit-belit dan lama.(*)
Nia Samsihono, Penulis, Ketua Umum Satupena DKI Jakarta