Oleh : Nia Samsihono
Saat aku melangkah menyusuri Jalan Pemuda Kota Semarang aku mencoba menikmati udara pagi. Segar rasanya. Kuarahkan kakiku ke arah Lawang Sewu dari Hotel Novotel. Beberapa orang dewasa dan anak berpapasan denganku berlalu begitu saja. Anak-anak itu bercanda dan membuang bungkus makanan di trotoar jalan.
Ada laki-laki yang berpapasan denganku membuang puntung rokok dengan ringannya ke trotoar sambil menerima telepon. Aku terpana dan merasa terluka menyadari budaya masyarakat Indonesia yang abai lingkungan. Di jalanan Jepang masih ada tegur sapa, “konichiwa”, “ahayo gosaimas”. Di Indonesia sudah mulai memudar tegur sapa itu.
Ketika aku menetap beberapa waktu di Kunimi, Sendai, Prefektur Miyagi, kualami kehidupan yang bersih. Udaranya bersih tanpa polusi, tidak bising, tidak kutemukan sampah berceceran.
Jepang dikenal sebagai negara yang sangat bersih, dengan hampir tidak ada sampah berserakan di jalan-jalan dan lingkungan umum. Ketertiban dalam pengelolaan sampah di Jepang menjadi sorotan dunia, terutama bagi negara-negara yang masih berjuang mengatasi masalah sampah dan kebersihan. Mengapa Jepang begitu disiplin dalam hal ini?
Sejak usia dini, di sekolah-sekolah, anak-anak diajarkan untuk membersihkan kelas dan lingkungan mereka sendiri. Praktik ini tidak hanya mengajarkan tanggung jawab pribadi tetapi juga menanamkan kebiasaan menjaga kebersihan di ruang publik. Filosofi ini tertanam kuat dalam kehidupan masyarakat Jepang sehingga kesadaran untuk menjaga lingkungan tetap bersih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Mengapa masyarakat Indonesia tidak bisa seperti orang Jepang dalam mengelola sampah? Membuang sampah sembarangan masih menjadi kebiasaan sebagian rakyat Indonesia. Di kompleks perumahan yang penduduknya membayar sampah setiap bulan pun masih tampak sampah di got-got atau jalanan di depan rumah-rumah. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yang berkaitan dengan budaya, kesadaran lingkungan, infrastruktur, serta penegakan hukum.
Salah satu faktor utama yang membuat Jepang sukses dalam mengelola sampah adalah sistem yang sangat terorganisir. Di banyak daerah, sampah dipisahkan ke dalam berbagai kategori seperti sampah plastik, kertas, kaca, sampah organik, dan barang-barang besar. Ada juga hari-hari khusus untuk pembuangan jenis sampah tertentu, sehingga masyarakat harus mengikuti jadwal ini secara disiplin. Plastik tempat sampah dari rumah juga sudah disepakati warnanya, merah, hijau, atau kuning sesuai dengan acuan yang telah ditentukan untuk jenis-jenis benda sampah. Ketidakpatuhan terhadap sistem ini dapat berakibat pada denda atau teguran, sehingga masyarakat benar-benar mematuhi aturan yang ada.
Masyarakat Jepang Miliki Kesadaran lingkungan Tinggi
Masyarakat Jepang memiliki tingkat kesadaran lingkungan yang sangat tinggi. Penggunaan kembali dan daur ulang sudah menjadi norma sosial. Selain itu, kampanye-kampanye kesadaran lingkungan secara rutin dilakukan, baik oleh pemerintah maupun organisasi masyarakat, yang semakin meningkatkan pemahaman tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik. Warga negara Jepang sangat menghargai lingkungan hidup mereka, dan upaya menjaga kebersihan merupakan bagian dari tanggung jawab kolektif.
Yang unik dari Jepang adalah kurangnya tempat sampah di tempat-tempat umum, seperti di jalan-jalan atau taman. Meskipun begitu, jalan-jalan tetap bersih karena masyarakat Jepang memiliki kebiasaan membawa pulang sampah mereka sendiri. Mereka akan membawa kantong sampah kecil dan menyingkirkan sampah tersebut di rumah mereka, sesuai dengan kategori pengelolaan sampah yang berlaku. Bahkan yang memelihara anjing pun saat berjalan-jalan membawa plastik untuk tempat koyoran anjing dan air di botol untuk menyiram kencing anjing.
Hukum dan peraturan terkait pengelolaan sampah di Jepang diterapkan dengan sangat ketat. Pemerintah kota memiliki sistem yang cermat dalam memastikan sampah dikelola dengan benar. Selain itu, ada hukuman bagi pelanggar yang membuang sampah sembarangan atau tidak mematuhi aturan pemilahan sampah. Penegakan hukum yang tegas ini membantu menjaga kedisiplinan masyarakat dalam mengelola sampah mereka.
Selain manajemen sampah yang baik, Jepang juga terkenal dengan gerakan minimalisme dan kesadaran konsumsi. Masyarakat Jepang cenderung membeli barang-barang yang benar-benar diperlukan dan memperhatikan jejak lingkungan dari setiap produk yang mereka konsumsi. Gerakan ini membantu mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan.
Kebersihan di Jepang bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga komunitas. Banyak lingkungan di Jepang yang memiliki jadwal pembersihan bersama, di mana tetangga-tetangga akan bekerja sama membersihkan area tempat tinggal mereka. Ini tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan tanggung jawab kolektif.
Kedisiplinan Jepang dalam mengelola sampah dan menjaga kebersihan lingkungan tidak lepas dari kombinasi budaya yang tertanam kuat, sistem pengelolaan sampah yang efektif, teknologi maju, dan penegakan aturan yang ketat. Semua elemen ini bekerja bersama untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman bagi semua. Jepang adalah contoh nyata bagaimana pendekatan yang terorganisir dan kesadaran kolektif dapat menghasilkan kota-kota yang bersih dan bebas dari sampah.
Indonesia yang pernah dijajah Jepang selama 3 tahun tidak mengambil budaya bersihnya, tetapi mengenang kekejamannya dan mungkin menirunya. Alam lingkungan Indonesia begitu indah. Sayang sekali jika kita tidak mengelola dan menjaga kebersihan lingkungan baik. Bagaimana caranya, ya? (*)
Sendai, Jepang, 15 September 2024. Nia Samsihono adalah Ketua Umum Satupena DKI Jakarta. Saat ini sedang bertugas di Sendai, Jepang