Jakarta, Koranpelita.com
DREAMSEA (Digital Repository Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia) menghibahkan sekitar setengah juta data digital Naskah Kuno Nusantara ke Pemerintah Republik Indonesia melalui Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Serah-terima hibah dilakukan dalam gelar wicara bertemakan“Kerja Bersama Menuju Pengarusutamaan Naskah Nusantara” di Gedung Perpustakaan Nasional, Jl Medan Merdeka Selatan 11, Jakarta Pusat, Rabu (7/7/24). Hibah diserahkan oleh Principal Investigator DREAMSEA, Oman Fathurahman, kepada Plt Kepala Perpusnas E Aminudin Aziz. Hadir dalam kesempatan ini tim pengelola Program DREAMSEA, filolog Annabel T Gallop dari The British Library, Jan van der Putten dan Elsa Clave dari Hamburg University, serta sejumlah pihak dari dalam dan luar negeri.
Plt. Kepala Perpustakaan E Aminudin Aziz dalam sambutannya menyatakan bahwa hibah ini merupakan amanat besar yang harus dijaga oleh Pemerintah. Hibah ini sekaligus membuktikan bahwa pemerintah siap untuk mengelola data tersebut. Karena itu, ia meminta Perpustakaan Nasional sebagai institusi yang akan mengelola hibah agar menyiapkan infrastruktur khusus terkait data manuskrip ini.
“Ini adalah penyerahan data digital manuskrip Asia Tenggara yang pertama kali dalam jumlah yang sangat besar, mencakup hampir tiga perempat dari jumlah koleksi naskah di Perpusnas saat ini (13.000) sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Kita berharap data yang sangat penting ini dijaga dan dikelola dengan sebaik mungkin melalui aplikasi Khastara yang kami miliki, serta dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk literasi publik,” kata Aminudin Aziz seusai menerima hibah secara simbolis.
Plt. Kepala Perpusnas menambahkan, bahwa digitalisasi merupakan satu dari sekian banyak agenda dalam program Pengarusutamaan Naskah Nusantara, yang mulai dikerjakan sejak tahun 2024, selain program-program akuisisi, pelestarian, pengolahan, hingga pemanfaatan naskah Nusantara.
“Naskah Nusantara mencerminkan ingatan kolektif kita bersama sebagai bangsa, karenanya perlu dikelola secara sistematis, dari hulu hingga hilir, dari mulai pelestarian hingga pemanfaatannya, sehingga dapat menjadi sumber penting dalam membentuk kepribadian dan identitas keIndonesiaan yang majemuk. Dan ini tidak dapat dilakukan oleh Perpusnas sendiri, tetapi melalui partisipasi aktif masyarakat dan kemitraan, baik nasional maupun internasional,” pungkasnya.
Hibah disampaikan dalam bentuk salinan file yang terdiri dari 571,584 citra foto beresolusi tinggi dan 8,470 metadata terstruktur. File tersebut merupakan hasil digitalisasi dari 8,570 manuskrip yang diperoleh dari 168 pemilik di 57 wilayah se-Asia Tenggara. Data dikumpulkan oleh tim DREAMSEA selama delapan tahun dari 2018 sampai 2024.
Oman Fathurahman mewakili DREAMSEA mengungkapkan proses digitalisasi tersebut. Mula-mula tim melakukan pemetaan keberadaan naskah kuno hingga ke pelosok. Selanjutnya, tim melakukan digitalisasi seizin pemilik manuskrip sekaligus memberikan pelatihan kepada mereka tentang cara merawat warisan naskahnya. Hasil digitalisasi kemudian diverifikasi secara ketat sebelum ditampilkan dalam repositori yang dapat diakses publik untuk kepentingan penelitian.
“Hal terberat adalah meyakinkan pemilik manuskrip untuk proses digitalisasi karena selama ini naskah kuno diperlakukan sebagai pusaka yang disimpan rapat dan sebagian rusak karena tidak dirawat dengan benar,” kata Oman Fathurahman, yang Guru Besar Filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Kami ingin mengubah naskah kuno sebagai benda pusaka yang dikeramatkan, menjadi benda pustaka untuk dibacakan,” jelas Oman. (Vin)