Oleh : Nia Samsihono
Kekuasaan memiliki potensi besar untuk membutakan hati nurani manusia. Dalam banyak kasus, ketika seseorang memperoleh kekuasaan, mereka dapat terjebak dalam ilusi kendali dan superioritas. Kekuasaan dapat memberikan perasaan tak terkalahkan dan kebal terhadap konsekuensi. Hal ini bisa membuat seseorang merasa bahwa mereka berada di atas hukum dan norma moral yang berlaku.
Padahal, orang yang berkuasa sering dikelilingi oleh orang-orang yang selalu setuju dengan mereka atau “yes-men.” Ini bisa mengisolasi mereka dari kritik konstruktif dan pandangan alternatif yang penting untuk menjaga perspektif yang sehat. Godaan untuk memanfaatkan posisi mereka demi keuntungan sendiri bisa mengaburkan pandangan tentang apa yang benar dan salah. Kekuasaan bisa membuat seseorang melihat orang lain sebagai alat atau sarana untuk mencapai tujuan mereka, bukan sebagai individu dengan hak dan perasaan yang perlu dihormati.
Ketika seseorang berkuasa, mereka mungkin merasa memiliki hak untuk melakukan tindakan yang sebenarnya tidak etis atau adil, hanya karena mereka bisa melakukannya. Fokus yang berlebihan pada kekuasaan bisa mengurangi kemampuan seseorang untuk berempati terhadap orang lain. Mereka mungkin menjadi kurang peka terhadap penderitaan atau kebutuhan orang lain. Mereka mungkin menjadi lebih otoriter, kurang toleran terhadap perbedaan pendapat, dan lebih cenderung mengambil keputusan yang keras tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap orang lain.
Namun, penting juga untuk dicatat bahwa kekuasaan tidak selalu membutakan hati nurani. Ada banyak pemimpin yang menggunakan kekuasaan mereka untuk kebaikan, dengan tetap memegang teguh prinsip-prinsip moral dan etika. Kunci utamanya adalah kesadaran diri dan komitmen untuk tetap rendah hati dan bertanggung jawab, serta selalu mendengarkan suara hati nurani.
Dampak kekuasaan telah menciptakan monster berujud manusia yang kehilangan hati Nurani sebagai manusia. Akibatnya, sosok manusia secara mudah dimusnahkan dari dunia kehidupan yang selama ini diimpikan menjadi tempat yang penuh kedamaian. Sebuah kekuasaan telah merasuk ke sosok manusia memperebutkan tempat yang disediakan Allah untuk manusia hidup berdampingan dengan manusia yang lain. Pemimpin Hamas telah tewas di Iran oleh keserakahan manusia.
Ismail Haniyeh, seorang tokoh politik terkemuka Palestina dan pemimpin Hamas, sering menjadi pusat perhatian dalam diskusi mengenai perdamaian di Timur Tengah. Haniyeh telah memainkan peran penting dalam perjuangan Palestina, tetapi pandangannya tentang perdamaian sering kali dipersepsikan berbeda oleh berbagai pihak. Di satu sisi, Haniyeh dan Hamas secara konsisten menegaskan hak rakyat Palestina untuk melawan pendudukan Israel, termasuk melalui penggunaan kekerasan sebagai bentuk perlawanan. Mereka melihat ini sebagai cara sah untuk membebaskan wilayah yang mereka anggap diduduki secara ilegal oleh Israel.
Pejuang Tidak Kenal Kompromi
Bagi banyak pendukungnya, Haniyeh dianggap sebagai pejuang yang tidak kenal kompromi dan berkomitmen pada perjuangan Palestina. Namun, Haniyeh juga telah menunjukkan tanda-tanda fleksibilitas dalam situasi tertentu. Beberapa kali, ia telah mengindikasikan keterbukaan terhadap gencatan senjata dan negosiasi, asalkan syarat-syarat tertentu dipenuhi, seperti pengakuan hak Palestina dan penghentian blokade Gaza. Ini menunjukkan bahwa meskipun dia sering digambarkan sebagai tokoh garis keras, ada potensi baginya untuk mendukung solusi damai jika kondisi yang tepat tercapai.
Tantangan utama dalam membawa perdamaian melalui Haniyeh adalah persepsi dan kepercayaan dari pihak lain, terutama Israel dan sekutunya. Selama Hamas dianggap sebagai organisasi teroris oleh banyak negara Barat, negosiasi langsung dengan Haniyeh akan sulit terwujud. Selain itu, konflik internal Palestina antara Hamas dan Fatah juga memperumit proses perdamaian, karena persatuan di antara kelompok-kelompok Palestina sendiri merupakan prasyarat penting untuk negosiasi yang efektif.
Dalam konteks ini, “damai itu dibawa Ismail Haniyeh” dapat dipahami sebagai sebuah konsep yang memerlukan upaya yang lebih besar untuk memahami dan mengakomodasi perspektif semua pihak yang terlibat. Perdamaian yang dibawa oleh Haniyeh mungkin bukan damai yang sempurna atau damai yang diinginkan oleh semua pihak, tetapi ini bisa menjadi langkah awal menuju dialog yang lebih konstruktif dan akhirnya, resolusi konflik yang lebih adil dan berkelanjutan.
Perdamaian adalah suatu kondisi tidak ada konflik, kekerasan, atau pertikaian antara individu, kelompok, atau negara. Dalam konteks yang lebih luas, perdamaian mencakup stabilitas sosial, keamanan, dan kesejahteraan yang memungkinkan manusia untuk hidup harmonis dan bekerja sama demi mencapai tujuan bersama. Perdamaian menciptakan lingkungan yang aman di mana orang bisa hidup tanpa rasa takut akan kekerasan atau ancaman. Hal ini memungkinkan individu untuk berkonsentrasi pada aktivitas sehari-hari seperti bekerja, belajar, dan menikmati waktu bersama keluarga.
Negara yang damai cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan cepat. Stabilitas politik dan sosial menarik investasi dan memungkinkan infrastruktur dan layanan publik berkembang, yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perdamaian adalah prasyarat bagi penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia.
Tanpa perdamaian, pelanggaran hak asasi manusia sering terjadi, termasuk penyiksaan, penahanan sewenang-wenang, dan kekerasan terhadap kelompok minoritas. Mengajarkan nilai-nilai perdamaian sejak dini melalui pendidikan dapat membentuk generasi yang menghargai perbedaan, menghindari kekerasan, dan mencari penyelesaian damai atas konflik.
Perdamaian bukanlah sekadar ketiadaan perang atau konflik, melainkan kondisi dinamis yang membutuhkan upaya terus-menerus untuk menciptakan lingkungan yang adil, aman, dan sejahtera. Melalui dialog, pendidikan, keadilan sosial, dan kerja sama internasional, perdamaian dapat dicapai dan dipertahankan, membawa manfaat besar bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan. Akan ada banyak Ismail Haniyeh yang akan terus memperjuangkan kedamaian dengan melawan kekuasaan biadab.
Nia Samsihono adalah Ketua Umum Satupena DKI Jakarta