Oleh: Dr Mohammad Agung Ridlo
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan bagi masa depan bangsa dalam penyediaan sumber daya manusia berkualitas.
Namun realita yang sering dihadapi dan menjadi persoalan adalah anak-anak dan para pelajar telah lupa waktu dengan bermain game online. Mereka telah dipermainkan oleh mainan, sehingga terganggu jadwal belajar mereka, tersitanya waktu yang seharusnya lebih banyak berkomunikasi dengan orang tua sehabis/setelah jam sekolah, jadwal beribadahpun terkadang dilalaikan, dan masih banyak dampak negatif lainnya.
Selain itu, sering terjadinya tawuran di kalangan pelajar baik dalam kelompok (intern) sekolah maupun antar kelompok diluar (extern) sekolah. Hal ini tentu menimbulkan keresahan dan keprihatinan kita semua. Penyebab tawuran di kalangan pelajar tentu tidak lepas dari faktor psikologis maupun faktor lingkungan kehidupannya.
Belum lagi jika anak-anak dan para pelajar tersebut terlibat pada pergaulan yang salah, tentu akan mudah terjerumus ke arah kriminalitas dan vandalisme.
Kenakalan-kenakalan pada anak-anak dan pelajar ini tentu menimbulkan pertanyaan, ada apakah dengan sistem pendidikan kita? Apakah hasil kinerja pembangunan pendidikan saat ini belum sepenuhnya mampu memberi layanan pendidikan yang berkualitas? Bagaimana dengan sisi ketersediaan sarana pelayanan pendidikan? Selanjutnya bagaimana dengan kualifikasi mutu guru dan tenaga kependidikan? Berbagai pertanyaan tersebut tentu memerlukan jawaban.
Anak-anak dan para pelajar adalah generasi penerus bangsa dan merupakan aset negeri ini. Oleh karenanya, maka pendidikan yang berkualitas diharapkan dapat mengajarkan mereka menjadi generasi yang baik dan berkualitas.
Mewujudkan Pendidikan Berkualitas
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
Pertama, Kesiapan guru dan tenaga kependidikan dituntut tidak sekedar “transfer knowledge” saja tapi juga “transfer morality”. Pendidikan tidak sekedar memindahkan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mendidik agar anak didik mempunyai moral dan budi pekerti yang luhur mencakup kepribadian, ketrampilan dan kepekaan sosial. Artinya bahwa seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan pelajar sebagai anak didiknya dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Kedua, Pendidikan adalah menyiapkan dan menanamkan nilai, moral, dan etika serta sikap anak didik dalam suatu pergaulan kehidupan. Oleh karenanya sebagai orang timur tentunya etika, sopan santun, maupun tata krama menjadi suatu hal yang penting, dan perlu diajarkan di sekolah-sekolah kita. Dengan kata lain, melalui pendidikan dan pembelajaran kepada anak didik merupakan transfer morality berlandaskan religius yang kental. Hal ini diharapkan dapat membentuk moral anak didik sehingga dapat berperilaku baik, mempunyai rasa sopan santun dan rasa sayang terhadap sesama; menghormati orang-orang yang lebih tua; dapat mengerti, memahami, menjaga serta melestarikan lingkungan sebagai habitat kita.
Ketiga, lembaga pendidikan harus berkualitas dengan sarana dan prasarana yang memadai dan memenuhi syarat sesuai dengan standar pendidikan yang berkualitas. Selain itu perlu selalu ditingkatkan kemampuan akademik dan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan serta tingkat kesejahteraannya.
Keempat, Dalam pendidikan juga harus didukung mutu pendidikan melalui mata pelajaran yang tertuang pada kurikulum di sekolah-sekolah kita di negeri ini. Disatu sisi kurikulum diharapkan relevan dan mampu menjawab tantangan akan kebutuhan pasar kerja dan siap menghadapi kekuatan “globalisasi” dan “glokalisasi”.
Kelima, Perkembangan ilmu dan teknologi sampai saat ini sangat bermanfaat untuk pembangunan, disatu sisi mendorong secara positif perkembangan disemua lini pembangunan, namun disisi lain terdapat dampak negatif (effect negative) yang mengikuti perubahan khususnya sumber daya manusia. Dengan kata lain, ilmu dan teknologi dengan mudah diakses baik melalui internet (dunia maya) serta media-media sosial lainnya selain ber-effect positive (membantu perubahan dan pembangunan yang positif), namun tampak ber-effect negative yang tanpa disadari dapat merusak mental dan jiwa serta keimanan anak-anak, generasi muda dan penerus bangsa di negeri ini.
Keenam, Selain pendidikan di sekolah, maka keluarga adalah sebagai tempat pendidikan pertama. Kurangnya waktu berinteraksi antara orang tua dan anak dalam sebuah keluarga, pada gilirannya banyak orang tua seringkali menuruti apa kata permintaan anak tanpa berfikir panjang tentang akibat yang bisa terjadi. Bisa jadi inilah yang menjadi pemicu awal terjadinya kenakalan anak-anak dan pelajar. Karena itu, maka keluarga punya peran dan andil besar untuk membentuk karakter pribadi anak. Kurangnya perhatian, komunikasi, dan kasih sayang dari rumah membuat anak-anak dan para pelajar mencari perhatian dan mencari kegiatan diluar lingkungan keluarga. Jika mereka salah memilih teman dalam pergaulan, maka pengaruh-pengaruh negatif dari luar akan lebih mudah dan cepat membentuk karakter pribadi anak-anak. Mereka terkadang mudah terjerumus ke arah kriminalitas, vandalisme dan pergaulan negatif lainnya.
Ketujuh, yang terpenting adalah cara pandang masyarakat terhadap pendidikan perlu diubah. Masyarakat perlu dipahamkan bahwa pendidikan terhadap anak-anak tidak sekedar”kewajiban” saja tetapi pendidikan adalah ”kebutuhan” untuk membekali diri bagi keberlangsungan dan kesejahteraan kehidupannya.
Pada peringatan hari pendidikan nasional ini, masyarakat perlu diingatkan bahwa pendidikan tidak sekedar secara formal di sekolah saja, tetapi pendidikan juga berawal dari keluarga di rumah. Oleh karenanya, maka guru, tenaga kependidikan dan orang tua mempunyai peran sesuai dengan proporsi masing-masing dan tentu perlu bersinergi mewujudkan anak-anak dan para pelajar menyiapkan generasi penerus bangsa yang baik dan berkualitas.(*)
Dr. Ir. Mohammad Agung Ridlo, M.T., Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, UNISSULA dan Sekretaris Umum Satupena Jawa Tengah.