Serius. Saya sudah mulai lupa rasanya macet Jakarta. Ini seperti hampir sama lupanya dengan senyum indah seseorang yang saya tinggalkan di ibukota sejak 366 hari lalu.
Begitulah. Mulai setahun lalu saya diberi sebuah kepercayaan memimpin Kantor OJK Provinsi Jawa Tengah. Memang namanya itu, namun jangkauan wilayah tak melulu Jawa Tengah, namun hingga ke wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jelas. Kulon Progo juga masuk di dalamnya. He..he..he…
Entah mengapa pimpinan di Jakarta memilih saya di antara sekian banyak pilihan lain. Sulit untuk menebak alasan pastinya. Saat itu, saya kira para pimpinan belum terlalu mengenal saya, apalagi tahu tentang prestasi. Lalu saya berfikir apa karena nama saya yang terasa Jawa. Tapi kan banyak orang Jawa lainnya.
Sumpah. Sungguh ada rasa gundah. Mampukah? Tapi Bismillah. Setelah itu, gundah berangsur musnah. Berganti dengan semangat yang melimpah-ruah.
Kata-kata orang bijak membuat langkah saya lebih mudah. Kata-kata itu begini bunyinya: jika Yang Maha Kuasa sudah mempercayaimu untuk menjadi seorang pemimpin, Dia tidak akan membiarkanmu sendirian. Tuhan pasti akan membimbingmu hingga mampu.
Jadilah, saya niatkan belajar tentang hal yang baru. Tak hanya itu, kepada kepala kantor lain yang telah berpengalaman, saya tak malu berguru.
Nah, di tengah usaha menguasai ilmu baru, tiba-tiba ada rekan yang mengatakan sesuatu yang membuat rasa khawatir, cepat menyingkir. Saya ingat betul ia mengatakan bahwa tugas saya nanti lebih banyak seremonial, seperti memberikan sambutan, dan makan.
Semua pekerjaan akan selesai pada level direktur. Memang, untuk diketahui bahwa direktur berada di bawah kepala kantor.
Akhirnya saya hentikan proses belajar, baik membaca dan mendalami peraturan maupun belajar dari mentor. Selain karena ada kata-kata yang menyejukkan bahwa tugas akan selesai di level direktur, memang waktu belajar sudah habis. Sebab, tiba saatnya berangkat ke Semarang.
Tanggal 1 Maret 2023 menjadi hari yang tak mungkin saya lupakan. Mengenakan pakaian lengkap sipil (PSL), saya mengikuti acara pelantikan pejabat dan serah terima jabatan bersama beberapa rekan lain yang promosi atau mutasi. Selesai pelantikan dilanjutkan foto bersama dan diberi ucapan selamat dari para pimpinan dan dari undangan yang turut hadir.
Sekilas, dengan pakaian PSL itu, saya terlihat agak gagah. Boleh dibilang sudah mirip kepala kantor.
Tanpa menunggu waktu, saya terbang ke Semarang sehari setelah pelantikan. Sampai di Semarang, dijemput petugas protokol dan salah satu kepala bagian yang wajahnya tak asing. Dua-duanya, saya kenal sejak bekerja di Kementerian Keuangan.
Protokol dan rekan-rekan penjemput menanyakan apakah saya sudah sarapan. Secara begitu saja, saya jawab belum. Dengan sigap, protokol menawarkan beberapa menu pilihan sarapan pagi khas Semarang.
Saya memilih nasi ayam Bu Pini. Ini mungkin yang dibilang bahwa salah satu tugas kepala kantor itu makan. Dan, saya sudah menyiapkan diri agar bisa menjalankan tugas secara sempurna dengan mengosongkan perut saat mendarat di Semarang.
Tapi benarkah tugas sesungguhnya adalah makan? Sabar, pertanyaan itu akan terjawab pada tulisan-tulisan berikutnya.
Salam NKS