Semarang, koranpelita.com – Pengasuh Ponpes Rhoudhatut Thoiliben KH Ahmad Mustofa Bisri mengungkapkan, pihaknya meminta masyarakat untuk tetap tenang menghadapi jalannya pemilu dengan kepala dingin dan tidak larut dalam dinamika politik.
“Dinamika politik terlalu kenceng sehingga masyarakat digiring seolah-olah seperti sekarang ini. Terlalu menyikapi berlebih-lebihan sehingga akal budi sama nurani kita itu lewat nggak bisa mikir karena terlalu ke sana,” ungkap Gus Mus dalam acara Silaturahmi Kebudayaan yang digelar Forum Wartawan Pemprov dan DPRD Jateng (FWPJT) di TBRS Semarang, Jumat (12/1) malam.
Kiai yang juga menggeluti puisi ini, meminta para pendukung pasangan calon untuk tidak menjelek-jelekkan satu sama lain. Baginya, persatuan di atas segalanya dan tidak bisa tergantikan oleh apapun.
“Kalau saya hanya memuji yang saya dukung, sampeyan memuji yang sampeyan dukung nggak masalah. Tapi kalo saya dukung tapi sambil menjelek-jelekkan itu persoalan. Jangan gara-gara ada Pilpres, pemilu kita menjadi renggang, kita harus tetap jaga persatuan Indonesia itu kan pokok. Apa kira-kira prinsip mulia yang melebihi persatuan dan kemanusiaan,” tegas pengasus Ponpes Raudlatut Tholibien, Leteh, Rembang itu.
Gus Mus juga menyoroti adanya budayawan yang kini terlibat politik praktis. Ia menyebut itu manusiawi, dan hal yang biasa.
“Seniman kan juga manusia, ustaz juga ada yang eror juga, itu kan manusiawi sekali. Tapi kan kita harus ikut berupaya, supaya jangan semuanya eror,” imbuh Gus Mus.
Enggan Berpolitik Praktis
Gus Mus sendiri menegaskan, pihaknya enggan berpolitik praktis dengan cara apa pun. Selama ini, dirinya juga tidak mendeklarasikan diri mendukung salah satu peserta pemilu.
“Mereka akan mundur sendiri karena diisin-isin wong (dipermalukan), karena semua orang tau saya nggak bisa ditarik tarik ke mana mana. Jadi kalau ada yang klaim ditarik saya, akan diguyu (ditertawakan) wong akih (orang banyak), karena saya nggak bisa ditarik tarik oleh siapa pun kecuali sama seniman, karena seniman nggak pake neko-neko kan, dia pakai rasa saja,” pungkas Gus Mus.
Ketua FWPJT Damar Sinuko mengungkapkan, acara ini merupakan amanah dari Gus Mus langsung agar masyarakat tidak meninggalkan ke-Indonesia-annya di masa Pemilu ini.
“Ini dawuhe Abah Gus Mus langsung, dan kita menindaklanjutinya sebagai amanah dari Guru Bangsa yang sangat penting terkait Nasionalisme dan Keindonesiaan,” ujar Damar.
Selain Gus Mus, sejumlah budayawan kenamaan hadir dalam acara tersebut, diantaranya Sutanto “Mendut”, Nasirun, Timur Sinar Suprabana, Sosiawan Leak, Beno Siang Pamungkas, Triyanto Triwikromo dan grup Rebana “Laila Majenun”. Penyair Sutardji Calzoum Bachri berhalangan hadir karena sakit.
Turut tampilnya sejumlah budayawan tersebut karena kesamaan keprihatinan, tak terkecuali kalangan seni yang ikut dalam dukung mendukung dunia politik. Tak terkecuali sikap Gus Mus yang berang, karena mencoba ditarik ke politik praktis kelompok yang menamakan “Majelis Permusyawaratan Rembang”.(sup)