Semarang,koranpelita.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang yang dikomandoi Hevearita Gunaryanti Rahayu, dinilai mampu menjamin stabilitas harga dan stok kebutuhan pokok jelang Natal dan Tahun Baru 2024 (Nataru).
Hal itu diungkapkan oleh Pengamat Ekonomi Universitas Diponegoro (Undip), Jaka Aminata di Semarang, Senin (11/12/2023). Jaka meminta masyarakat tak perlu panik akan kenaikan kenaikan harga dan kelangkaan pasokan pangan.
“Sebetulnya kejadian yang terjadi tiap tahun dan bisa diantisipasi. Kebiasaan konsumen dari tahun ke tahun sudah terbaca. Saya pikir tidak perlu dikhawatirkan,” kata Jaka.
Dia meyakini, bahwa Mbak Ita sapaan akrabnya, telah melakukan beberapa upaya mengantisipasi lonjakan permintaan konsumen menjelang Nataru.
Bahkan, kata dia, persiapan itu sudah menjadi perhitungan tahunan. Pasalnya momentum hari besar keagamaan dan akhir serta awal tahun pola konsumtif masyarakat tinggi.
“Dengan adanya akhir atau awal tahun, kegiatan keagamaan, dan sebagainya justru mendorong perekonomian masyarakat,” ujarnya.
Dia menjelaskan, masalah terjadi apabila masyarakat bersifat konsumtif di luar kebutuhannya, yang akan membuat kekurangan stok di pasar-pasar. Kendati begitu, Jaka menyebut, pemerintah telah memasukkan potensi pembelian di luar batas atau panic buying itu dalam daftar pemecahan masalah.
“Pun demikian, pemerintah bisa melakukan operasi pasar, supaya tingkah laku masyarakat di pasar tidak membabi-buta akan keseimbangan antara supply dan demand,” katanya.
Dosen Sekolah Pascasarjana Undip ini menyatakan kembali, bahwa potensi kelangkaan bahan pokok tidak akan terjadi di Kota Semarang. Hal itu, dipastikan olehnya dengan melihat kolaborasi antarinstansi yang sangat intensif.
“Yang dibutuhkan adalah kejujuran masyarakat dalam mengkonsumsi. Kalau konsumsi normal dalam kehidupan tidak akan melampaui ketersediaan yang ada di Kota Semarang,” katanya.
Mampu Mengedukasi Masyarakat
Termasuk, Pemkot Semarang harus mampu mengedukasi masyarakat agar tak terkecoh dengan adanya iklan-iklan produk menonjolkan potongan harga atau diskon.
Menurutnya, kekhawatiran tersebut adalah lagu lama. Dalam artian sebenarnya sudah diantisipasi oleh pemerintah bahwa ketersediaan pangan khususnya beras surplus.
“Kemarin saya sudah berbicara di BPS Kota Semarang, itu kalau dilihat dari kemampuan daya beli masyarakat, dari angka pengangguran, kemiskinan, Kota Semarang jauh lebih stabil dan dinamis dibandingkan kota yang lain,” tuturnya.
Terlebih, kata dia, Mbak Ita memiliki sejumlah inovasi pengendalian inflasi yang paten. Mulai Pak Rahman (Pasar Pangan Rakyat Murah dan Aman) dan Kios Pandawa Kita (Pangaman Pangan Aman Tersedia untuk Warga Kita).
Dua inovasi menyediakan akses pangan murah untuk masyarakat itu merupakan buah strategi yang tepat. “Saya pikir program Mbak Ita sangat penting, dan saya mendukung,” katanya.
Peraih gelar Doktor dari University of Sorbonne Paris Cite itu menyampaikan, benar adanya tingkat inflasi Kota Semarang relatif rendah seperti yang dicanangkan. Tetapi dia berpesan agar tidak terlena dengan tingkat inflasi yang rendah terus menerus karena akan membuat perekonomian stagnan.
“Perekonomian butuh naik turun dengan arah yang positif, dari faktor internal dan eksternal harus dipahami. Namun program pemerintah dari indikator inflasi, Kota Semarang masih terdepan ketimbang kota-kota yang lain, sungguh sangat signifikan,” ujarnya.(sup)