Semarang, Koranpelita.com
Kepergian Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyisakan duka mendalam bagi banyak masyarakat Indonesia.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, sesama penggiat tentang kebencanaan, Ganjar mengatakan Pak Topo, panggilan akrabnya, merupakan seorang pekerja keras dan cerdas.
“Selama berjuang melawan kanker, beliau sangat sabar dan ikhlas. Bahkan masih menyempatkan diri melayani masyarakat dengan memberi informasi tentang kebencanaan. Sebuah dedikasi yang luar biasa dari seorang abdi negara,” ujar Ganjar saat dihubungi, Minggu (7/7).
Ganjar bercerita, terakhir bertemu dengan Sutopo pada acara Mata Najwa on stage di alun-alun Boyolali akhir Februari lalu. Sutopo bercerita banyak tentang keluarganya dengan candaan yang ceria meski dalam kondisi sakit.
“Keluarganya dikenalkan satu persatu, kebetulan kan istri beliau itu adik kelas saya di Fakultas Hukum UGM. Orangtuanya sangat bangga atas pencapaian dirinya. Beliau juga sempat nge-vlog bersama anaknya yang kuliah di Undip dengan sedikit ngeledek saya. Saya sebagai gubernur, sebagai sesama penggiat tentang kebencanaan, sebagai sahabat dan Ketua Umum Kagama, saya mendoakan Mas Topo husnul khotimah. Selamat jalan fren…” katanya.
Almarhum divonis pertama kali menderita kanker sejak Desember 2017. Ini artinya Sutopo telah bertahan selama 19 bulan.
Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia di Rumah Sakit Kanker Modern St Stamford, Guangzhou, China, Minggu pukul 02.20 waktu Guangzhou. Ia meninggal dunia pada usia 49 tahun.
Setelah tiba di Tanah Air, jenazah Sutopo akan disemayamkan di rumah duka di Perumahan Raffles Hills, Cibubur, Kota Depok, Jawa Barat. Jenazahnya kemudian akan diberangkatkan ke Boyolali, Jawa Tengah, Senin (8/7) pagi, untuk dimakamkan.
Ganjar menambahkan, Pak Topo merupakan pekerja keras dan cerdas. Meski sakit, selalu menyempatkan diri melayani masyarakat dengan memberi informasi soal kebencanaan.
“Seabrek prestasi tetap tidak membuatnya tinggi hati. Kerendahan hatinya sepertinya terbentuk sejak kuliah. Karena Mas Topo salah satu mahasiswa berprestasi dari Fakultas Geografi UGM. Berasal dari keluarga sederhana tidak membikin lemah semangat justru menjadi pemacu sampai menyandang gelar akademis tertinggi, doktor,” tandasnya. (sup)