–Rakernas X Jaringan Kota Pusaka Indonesia,
Semarang,koranpelita.com – PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4 Semarang mengajak 78 delegasi kabupaten dan kota se-Indonesia Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI), dalam napak tilas perjalanan kereta api menggunakan kereta wisata dengan relasi dari Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng menuju Stasiun Kedungjati Kabupaten Grobogan pulang pergi pada Kamis (24/8/2023).
JKPI sendiri merupakan sebuah jaringan antar kota dan kabupaten se-Indonesia yang memiliki tujuan menjaga kelestarian Benda Cagar Budaya (BCB) peninggalan sejarah Indonesia.
Pada tahun ini, Kota Semarang menjadi tuan rumah penyelenggaraan Rakernas JKPI ke-X Tahun 2023 yang sudah dimulai sejak Selasa 22 Agustus hingga Jumat 25 Agustus 2023.
” Dalam perjalanan menggunakan KA menuju Stasiun Kedungjati, 78 Kepala Daerah disuguhkan dengan wisata sejarah dengan mengenang perjalanan KA pertama di Indonesia. Dimana tepat pada 10 Agustus 2023 kemarin, sejarah perjalanan KA pertama tersebut genap berusia 156 tahun,” ungkap Kadaop 4 Semarang Wisnu Pramudyo dalam keterangan tertulisnya.
Melewati Lima Stasiun Tertua
Diungkapkan, napak tilas ini melewati 5 stasiun tertua di Indonesia, diantaranya: Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng, Stasiun Alastua, Stasiun Brumbung, Stasiun Tanggung dan berakhir di Stasiun Kedungjati. Jalur pada lintas Semarang – Tanggung ini pertama kali dibuka pada tanggal 10 Agustus 1867 dan merupakan jalur kereta api pertama yang beroperasi di Indonesia. Selanjutnya pada 19 Juli 1868 Nedherladsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) melanjutkan pembangunan jalur kereta api menuju Kedungjati sepanjang 9 km.
” KAI Daop 4 Semarang terus melakukan sinergi dengan pemerintah daerah untuk mendukung program pemerintah, salah satunya dalam bidang sejarah dan cagar budaya. Hadirnya KAI juga tidak lepas dari sejarah negara Indonesia. Melalui kegiatan ini, yang selaras dengan tujuan diadakannya JKPI juga turut mengenalkan sekaligus mengenang perjalanan kereta api pertama di Indonesia yang dimulai di Semarang,” jelasnya.
Pada perjalanan napak tilas, lanjutnya, para peserta JKPI dengan jumlah kurang lebih 300 orang tersebut menggunakan Kereta Luar Biasa (KLB) dengan susunan rangkaian terdiri dari satu Lokomotif, dua kereta kelas Priority, satu kereta kelas Imperial, tiga kereta kelas Ekskutif, satu kereta kelas Ekonomi, satu kereta makan dan satu kereta pembangkit.
” KLB merupakan kereta api yang dapat disewa pelanggan, dimana pelanggan dapat menentukan jenis kereta api, jadwal, serta stasiun keberangkatan dan kedatangan,” ujarnya.
Meski demikian, KAI juga menyediakan Kereta Wisata yang memiliki keunggulan yang berbeda. KAI memiliki berbagai tipe Kereta Wisata yang cocok digunakan untuk perjalanan rombongan dengan jadwal dan rute yang fleksibel. Terdapat Kereta Wisata tipe Bali, Imperial, Jawa, Nusantara, Priority, Retro, Sumatera, Toraja dan Kereta Istimewa.
“Masyarakat yang ingin menyewa KLB maupun kereta wisata, dapat menghubungi melalui Contact Center KAI melalui telepon di 121, WhatsApp 08111-2111-121, email cs@kai.id, media sosial KAI121, atau customer service di stasiun,” terang Wisnu.
Stasiun Kedungjati Grobogan
Sesampainya di Stasiun Kedungjati, para peserta JKPI disuguhkan dengan bangunan bersejarah yang ada di stasiun. Stasiun Kedungjati merupakan salah satu stasiun cagar budaya yang berada di wilayah Daop 4 Semarang yang mulai beroperasi pada 19 Juli 1868.
Arsitektur bangunan stasiun ini serupa dengan Stasiun Willem I di Ambarawa, bahkan dulu beroperasi jalur kereta api dari Kedungjati ke Stasiun Ambarawa, yang sudah tidak beroperasi pada tahun 1976. Pada tahun 1907, Stasiun Kedungjati yang tadinya dibangun dari kayu diubah ke bata berplester dengan peron berkonstruksi baja dengan atap dari seng.
Selain itu, saat berada di Stasiun Kedungjati para peserta juga diceritakan terkait sejarah perkeretaapian Indonesia yang dilanjutkan dengan hiburan musik.
“Dengan kemegahan dari bangunan cagar budaya di Stasiun Kedungjati ini, diharapkan dapat sebagai pengingat sejarah Negara Indonesia serta menjadikan penyemangat bagi kita para penerus bangsa untuk terus menjaga dan melestarikan bangunan bersejarah,” ungkap Wisnu.
Bagi masyarakat yang berkeinginan untuk bekerjasama dalam pemanfaatan aset stasiun KAI, seperti kegiatan kali ini, dapat menghubungi Unit Komersialisasi Non Angkutan yang berada di Kantor Daop maupun Divre di wilayah kerja KAI.
” Selain bisnis angkutan penumpang dan barang, KAI juga terus mengoptimalkan pengusahaan asetnya melalui bisnis Komersialisasi Non Angkutan,” paparnya
Aset KAI lainnya, katanya, yang dapat dikerjasamakan pemanfaatannya berupa museum, bangunan bersejarah, wifi (advertising slot), kegiatan shooting/pemotretan, event/activation, serta naming rights stasiun untuk memberikan kesempatan kepada mitra yang ingin membranding stasiun yang KAI kelola dengan brand atau produknya.
“Hampir seluruh aset KAI dapat dimanfaatkan masyarakat dengan skema kerja sama. Pada prinsipnya pemanfaatan aset dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu operasional kereta api dan tidak mengubah status kepemilikan pada aset yang dimanfaatkan,” pungkasnya.(sup)