Semarang,koranpelita.com
Untuk mendukung program pembangunan pemerintah berkelanjutan, kini mulai diterbitkan ORIO23- T3 dan ORIO23- T6 Surat berharga negara.
Berinvestasi dengan Surat Berharga Negara (SBN) diharapkan menjadi pilihan semua kalangan masyarakat. Selain keamanan dijamin pemerintah, warga juga ikut berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan negara.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno mengataka, berdasarkan data Kementerian Keuangan, partisipasi generasi milenial mendominasi investasi SBN 2023.
“Tadi saya melihat data dari Kementerian Keuangan, ternyata dari sisi orang yang sudah berinvestasi di Surat Utang Negara, sebanyak 62 persen adalah anak-anak milenial. Artinya, mereka telah mendapat literasi lebih dulu dan sudah peduli untuk berinvestasi,” ujar sekda di sela edukasi dan sosialisasi SBN Orio23-T3 – Orio23-T6 di Hotel Gumaya, Jumat (16/6/2023).
Kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh OJK Jateng-DIY ini bertema “Pilihan Berharga untuk Bahagia”, juga dihadiri Kepala Otoritas Jasa Keuangan Regional 3 Jateng-DIY Sumarjono dan Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan RI, Deni Ridwan.
Sekda menambahkan, SBN merupakan produk investasi yang diterbitkan dan dijamin oleh pemerintah Indonesia, yang bertujuan untuk membuka kesempatan bagi masyarakat luas, agar dapat berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan negara. Terdapat dua jenis SBN, yakni Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah. Keduanya bisa menjadi pilihan investasi yang aman.
“Surat Utang Negara ini pilihan investasi yang secara keamanan cukup aman karena dijamin negara, dan kalau berbicara konvensional dari sisi suku bunga juga lebih tinggi dari deposito,” tutur Sumarno.
Dia berharap, edukasi dan sosialisasi investasi SBN kepada masyarakat lebih digencarkan, sehingga masyarakat menjadi melek tentang investasi, dan tidak terjebak investasi ataupun pinjaman online yang semakin marak di masyarakat.
Menurutnya, investasi bodong sangat berisiko, karena pendekatannya kerap menawarkan dan menjanjikan dengan nilai imbalan besar dan tidak masuk akal. Bahkan, tidak sedikit yang terkena investasi bodong, karena tergiur berbagai imbalan maupun keuntungan besar yang dijanjikan.
“Literasi ini ternyata membuat anak-anak milenial sudah berpikir memperoleh hasil dengan berinvestasi. Ini saya sangat senang, karena sekarang banyak investasi bodong. Investasi bodong ini sangat berisiko dan merugikan,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan RI Deni Ridwan menambahkan, edukasi dan sosialisasi SBN adalah salah satu implementasi program kerja Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan Pasar Keuangan (FKP3K).
Menurutnya, semua pihak terkait bersama-sama meningkatkan literasi keuangan, melakukan verikasi, dan mengedukasi, supaya masyarakat paham dan terhindar dari investasi yang merugikan.
“Ke depan kita juga menambah opsi berinvestasi. Selain itu juga memberikan instrumen lain buat pemerintah, untuk mencari pendanaan untuk pembangunan,” kata Deni.(sup)