Toraja Utara, Koranpelita.com
Gedung berkelir biru beraksen khas Tongkonan berdiri gagah di pusat kota Rantepao, Kabupaten Toraja Utara. Bangunan setinggi tiga lantai tersebut dilengkapi dengan sejumlah fasilitas lain, seperti ruang baca, ruang multimedia, ruang literasi, galeri, dan berbagai fasilitas lain.
Bupati Toraja Utara Yohanis Bassang yang hadir secara virtual mengaku senang atas dibangunnya gedung layanan perpustakaan di wilayahnya. Secara gamblang, Yohanis siap mendayagunakan perpustakaan untuk membantu proses belajar dan kegiatan penumbuh kembangkan kebiasaan membaca, khususnya anak-anak pelajar.
“Kehadiran gedung perpustakaan yang mewah tentu akan menambah semangat membaca masyarakat untuk lebih memajukan pembangunan sumber daya manusia di Toraja Utara,” imbuhnya pada kesempatan peresmian gedung perpustakaan yang dibarengi dengan pengukuhan Bunda Literasi dan kegiatan sosialisasi Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) di Toraja Utara, Kamis, (15/6/2023).
Senada dengan Bupati, Sekretaris Daerah Torut Salvius Pasang juga bangga dengan dibangunnya gedung perpustakaan atas bantuan pusat melalui dana alokasi khusus (DAK) tahun 2022. Menurutnya, perpustakaan punya peran penting dalam pembangunan SDM. Lewat membaca, siapapun dapat berkembang pengetahuannya. “Anak-anak pelajar nanti akan kita atur jadwal kunjungan ke perpustakaan. Kita harus mulai membiasakan sehingga akhirnya terbiasa,” ucapnya.
Wilayah Toraja sudah lama dikenal sebagai penghasil kopi yamg mendunia. Bahkan, 20 tahun lalu, produksi kopi di Toraja sanggup mencapai satu ton per hektar. Kini, hanya mampu menghasilkan 200 kilogram saja per hektar. “Itu akibat kita kurang membaca sehingga kita tidak mengetahui dan memahami apa yang menjadi potensi wilayah sendiri,” tambah Salvius.
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando. (foto : ist)
Pada kesempatan yang sama, Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menegaskan pembangunan perpustakaan merupakan bukti kehadiran pemerintah dalam membantu mencerdaskan anak bangsa yang telah menjadi komitmen bersama semua pihak.
“Kita sadar, setelah ratusan tahun dijajah, dampak psikologis yang dirasakan masyarakat cukup besar. Penjajahan membentuk para kapitalis berkuasa, paham imperialisme berkembang dan menghasilkan kebodohan yang menjadi pangkal kemiskinan,” ujar Syarif Bando
Imbas dari kemiskinan, tambah Syarif, mengakibatkan efek domino ke banyak hal, seperti akses masyarakat ke pengetahuan tidak terjangkau, skill yang tidak terasah, pemodalan yang kurang, yang dan turut dipengaruhi culture budaya yang malas yang masih dominan.
“Dunia berubah sesuai arah pengetahuan yang kita miliki. Dan pengetahuan yang kita miliki sesuai tingkatan akses kepada bahan bacaan,” lanjut Syarif.
Sedangkan, anggota Komisi X DPR RI Mitra Fakhruddin menegaskan dibangunnya perpustakaan menandakan kepedulian dan peran aktif pemerintah dalam memikirkan perkembangan dan kualitas SDM. Sehingga tidak berlebihan jika menjadikan perpustakaan sebagai laboratorium peningkatan SDM, khususnya di Toraja Utara, tidak sekedar tempat membaca saja.
Pun dengan potensi kewirausahaan dan pariwisata yang bisa digarap dengan memanfaatkan potensi alam sekitar. Namun, gunakan narasi-narasi yang baik agar orang lain tahu dan mengenal kekayaan Toraja Utara. Banyak koleksi-koleksi di perpustakaan yang bisa membawa siapa pun untuk menggali bakat dan kemampuan yang dimilikinya. “Perpustakaan harus jadi ruang besar bagi masyarakat Toraja Utara,” ujar Fakhruddin.
Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Adin Bondar mengatakan, perpustakaan yang dibangun di daerah merupakan pengejawantahan prioritas pembangunan di era Presiden Jokowi-Ma’ruf Amin dimana pembangunan SDM menjadi target utama. SDM menurut Adin, bagian fundamental sebagai alas pacu Indonesia menjadi bangsa produsen.
“Pengetahuan adalah kekuatan dan kehadiran perpustakaan di daerah merupakan loncatan besar, karena dari 514 kabupaten/kota, yang kita bangun baru 146 perpustakaan di daerah,” ujar Adin.
Budaya literasi merupakan isu yang strategis. Karena kehadiran orang-orang yang berpengetahuan berbanding lurus dengan literasi. Ketika budaya baca tinggi, maka masyarakat menjadi lebih kreatif, inovatf, dan kesejahteraan.
Sementara itu, pegiat literasi Sulawesi Selatan Aloysius Lande mengaku telah puluhan tahun membantu pemerintah daerah Sulsel dalam menggalakkan minat baca. Lande mengisahkan bagaimana ia membuat dua kelompok baca, yakni grup yang tidak pernah tersentuh bahan bacaan dan grup yang sudah bisa baca, yang rata-rata berprofesi sebagai tukang becak.
Bersama aktivis lain, setelah tiga tahun berjalan, ikhtiar yang dilakukan mulai menampakkan hasil. Anak-anak yang semula ogah kini mulai tertarik membaca. Begitu juga dengan komunitas tukang becak yang sudah berani bercerita dari yang dibacanya.
“Di Makassar kami memanfaatkan lorong-lorong yang biasa dijadikan tempat bermain anak. Di situ kami dirikan pojok baca. Buku-buku bacaan kami dapatkan melalui donatur,” ungkapnya.
Kini, gerakan literasi yang digawangi Lande bersama rekan aktivis sudah merambah ke berbagai wilayah di Sulsel, seperti di Kabupaten Maros, Gowa, Takalar, Soppeng, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Pangkep, Jeneponto, hingga Bone. Bahkan, tidak hanya anak-anak, kelompok ibu-ibu pengajian juga sudah diberdayakan dalam menyebarluaskan gerakan tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Sekda Toraja Utara mengukuhkan Agustina Mangande sebagai Bunda Literasi Toraja Utara masa bakti 2023-2024. (Vin)