Oleh : Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang informasi menjadikan relasi manusia semakin berjarak. Bahkan menimbulkan semacam paradoks dalam kehidupan. Semakin maju media informasi dan komunikasi semakin meninggi misinformasi dan miskomunikasi yang terjadi di antara manusia.
Kerenggangan komunikasi dan miskomunikasi ini bahkan terjadi di antara anggota keluarga. Dengan social media yang membooming dalam tahun-tahun terakhir, relasi dan komunikasi di antar anggota keluarga mengalami kecenderungan yang unik. Komunikasi jalan. Tapi dalam relasi terasa semakin saling berjauhan.
Bayangkan anda sedang menikmati makanan sahur bersama. Masing-masing duduk di depan meja dan menu makanan yang sama. Tapi tiada sapaan, tiada saling melirik, tiada senyuman di antara anggota keluarga. Sambil menyuapi mulut semua sibuk dengan HP dan media sosialnya masing-masing.
Di sinilah sesungguhnya Ramadan dapat membawa keberkahan besar. Bahwa di bulan Ramadan ini hendaknya dimaknai sebagai bulan perekat rekasi dan pembuka komunikasi di antara anggota keluarga.
Kita pahami dalam Islam bahwa Keluarga sesungguhnya adalah “seed of the society” (benih masyarakat). Bahkan sejatinya “corner stone of the society” (fondasi dari masyarakat). Soliditas relasi dan komunikasi yang terjadi di dalam rumah tangga akan menjadi jalan menuju kepada soliditas relasi dan komunikasi di antara anggota masyarakat. Sebaliknya kerenggangan komunikasi dan relasi antar anggota keluarga juga menjadi cerminan renggangnya komunikasi dan relasi antar anggota masyarakat.
Di sinilah hikmahnya kita mendapati banyak kisah komunikasi yang terjadi di antara anggota keluarga dalam Al-Quran. Karena sekali lagi komunikasi dan relasi itu menjadi cerminan komunikasi dan relasi di antara anggota masyarakat secara luas.
Kita mengenal komunikasi antara Nuh AS dan anaknya yang membangkang untuk menaiki perahu keselamatan itu. Lalu kita mengenal sejarah nabi Ibrahim AS dengan ayahnya Azar. Lalu belakangan komunikasi Ibrahim dengan anaknya Ismail.
Bahkan ada satu surah dalam Al-Quran yang secara mendetail menggambarkan komunikasi yang terjadi di antara anggota keluarga. Kisah nabi Ya’qub dan anak-anaknya yang menggambarkan relasi dan komunikasi antar ayah dan anak-anaknya. Dan juga kisah komunikasi dan relasi antar saudara-saudara (Yusuf AS dan saudara-saudaranya).
Bulan Ramadan adalah bulan kedekatan dan perekatan hubungan (relasi). Tentu hubungan yang dimaksud mencakup dua aspeknya. Yaitu relasi vertikal atau lebih dikenal dalam bahasa Al-Quran dengan “hablun minallah). Dan relasi horizontal atau yang lebih dikenal dengan “hablun minannas”.
Dan pastinya ketika kita berbicara tentang hablun minannas, semuanya harus bermula dan tumbuh dari dalam keluarga. Karenanya jadikan bulan ini sebagai bulan kerekatan dan kedekatan komunikasi dan relasi di antara anggota keluarga. Bukan justeru semakin saling menjauh bahkan atas nama ibadah sekalipun.
Apalagi kalau kerenggangan itu disebabkan oleh kemajuan alat komunikasi dan informasi (HP dan media sosial). Jika ini terjadi berarti benar kata orang bahwa kecanggihan alat komunikasi itu bagaikan pisau. Bisa dipakai memotong bahan makanan. Atau anda yang terpotong dari kebaikan-kebaikan dan keberkahan. Termasuk terpotong (terputus) silaturrahim dengan sesama, bahkan sesama anggota keluarga.
Doa Ibrahim AS: “ya Allah jadikan bagi keindahan mata pada pasangan dan anak-anak kami” harusnya dimaknai salah satunya dengan berusaha membangun relasi dan komunikasi yang baik di antara sesama anggota keluarga.
Dan Ramadan ini harusnya membawa keberkahan itu. Salah satunya dengan semakin membaik dan solidnya relasi dan komunkasi di antara anggota keluarga kita. Amin! (***)