Jakarta,Koranpelita.com
Bupati Bone Bolango Hamim Pou meluncurkan buku berjudul “Belajar Dari Bone Bolango”. Buku ini merupakan sumbangsih kecil cara mengentaskan kemiskinan, khususnya di wilayah pedesaan.
Buku yang baru saja diluncurkan ini lanjut Hamim Pou, adalah hasil riset sewaktu menjalani pendidikan doktoral. Menurut Hamim, sudah banyak treatment yang dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya belum menunjukkan hasil yang signifikan.
Mulai dari bantuan pendidikan, pemberian beasiswa, hunian layak tinggal, bantuan raskin, penerima kredit usaha rakyat (KUR), kelompok usaha bersama (KUB), dan sebagainya.
“Kebijakan program kemiskinan belum berdasarkan karakteristik tipologi wilayah dan sumber daya alam,” ungkap Bupati Hamim pada kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) di Gedung Layanan Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin, (27/3/2023).
Kabupaten Bone Bolango sebagian merupakan daerah pesisir, sehingga skenario kebijakan pengentasan kemiskinan bisa dilakukan antara lain dengan cara mendirikan infrastruktur pendukung produksi pangan, membangun jalan penghubung wilayah terisolir, stimulus ternak sapi, serta jaringan komunikasi.
“Kondisi kemiskinan seringkali dipicu oleh distribusi makanan karena letak wilayah yang agak jauh dari pusat pemerintahan,” jelas Bupati.
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando (kiri) dan Bupati Bone Bolango Hamim Pou (kanan). (Foto : Perpusnas)
Pada kesempatan yang sama, Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Bupati Bone Bolango karena buku merupakan buah pikir yang terstruktur yang dimanifestasikan ke dalam bentuk tulisan.
“Satu peluru hanya menembus satu kepala namun sejatinya membunuh nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan satu buku yang sudah didigitalkan mampu menembus jutaan kepala sehingga menghasilkan inovasi atau pemikiran baru,” imbuh Syarif Bando.
Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel yang turut hadir juga mengapresiasi tema yang diangkat Bupati Bone Bolango dalam bukunya.
“Mengangkat kemiskinan dalam buku merupakan langkah berani karena dari situ kita mengakui persoalan yang mesti ditangani dalam pembangunan Gorontalo,” ucap Rachmat Gobel.
Sementara itu,. Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, Maliki, mengatakan berdasarkan penelitian akhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) ternyata bansos malah dimanfaatkan sebagai jaminan hutang. Bukan digunakan untuk mengatasi kebutuhan mendesak.
Oleh karena itu, Maliki menyarankan agar jiwa kemandirian masyarakat segera dibangun. Jangan lagi dimanjakan dengan mengandalkan aneka bantuan. “Jangan berlomba-lomba menjadi masyarakat miskin agar dapat bantuan. Bantuan lebih tepat justru mengarah kepada pemberdayaan masyarakat,” ujar Maliki.
Sedangkan, Editor Senior Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Candra Gautama, menambahkan persoalan kemiskinan seperti lingkaran setan. Namun, kemiskinan di Indonesia lebih banyak habis dibicarakan di ruang-ruang diskusi dan sesekali dilaporkan.
“Maka, buku ini dapat menjadi alat provokasi pemimpin daerah dalam artian positif di era otonomi untuk berlomba-lomba menunjukkan eksistensi program pengentasan kemiskinan,” ujar Candra. (Vin)