Jakarta, Koranpelita.com
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar bersama State Secretary for Infrastructure and Water Management Belanda Ms Stientjevan Veldhovenfor melakukan pemantapan kerjasama bidang lingkungan hidup di sela-sela pertemuan menteri-menteri lingkungan hidup anggota G-20 yang diselenggarakan di Karuizawa, Jepang, Minggu (16/6).
Demikian disampaikan Ketua Delegasi Indonesia bidang Lingkungan untuk pertemuan menteri –menteri lingkungan negara G-20 Menteri LHK Siti Nurbaya, Senin (17/6). Siti dan Stientjevan Veldhovenfor menyambut baik besarnya dukungan negara-negara G20 pada isu sampah laut dan circular economy.
“Lingkungan hidup yang baik adalah hak warga negara sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945 beserta peraturan turunannya,” ujar Siti seraya menambahkan bahwa, pemerintah sudah mensahkan peraturan mengenai subsidi untuk Pemda dalam membantu perusahaan swasta mengumpulkan dan mengolah sampah, sehingga usaha tersebut bisa menguntungkan.
Reekspor Sampah Plastik
Dibagian lain Siti menegaskan, penemuan sampah plastik illegal dari Eropa di Surabaya itu telah diselidiki dan diputuskan untuk re-ekspor, demikian pula yang di Batam akan dilakukan hal serupa. Terkait penemuan sampah plastic illegal itu, Stientjevan Veldhovenfor menekankan bahwa Belanda menentang ekspor plastik bekas, dan akan mendesak Uni Eropa untuk mengambil sikap yang sama.
“Belanda bisa membantu antara lain dalam monitoring, survey dan pemetaan,” ujar Menteri Siti mengutip pernyataan Stientjevan Veldhovenfor yang bersedia melakukan kerjasama dalam pencegahan masuknya sampah plastic illegal itu, karena kasus itu merupakan isu penting untuk dikerjasamakan.
“Plastik tetap mempunyai peran, namun segala sesuatu jangan sekali buang. Dan Eropa harus mengurus sendiri sampah plastiknya, tolong beritahu kami kalau ada sampah plastik Eropa yang sampai ke Indonesia,” ujar State Secretary Stientjevan Veldhovenfor menegaskan.
Siti menegaskan keseriusan Indonesia dalam memerangi sampah plastik, antara lain dengan larangan single use plastic di 19 kota/kabupaten. Masyarakat dan sektor swasta juga telah banyak dilibatkan termasuk sejumlah perusahaan besar, misalnya inisiatif PRAISE, yang merupakan asosiasi enam perusahaan besar untuk mempromosikan kemasan daur ulang.
Hal serupa juga sudah dilakukan dan dikembangkan oleh Belanda melalui program Platform for Accelerating the Circular Economy (PACE). Stientjevan Veldhovenfor juga menyinggung bahwa saat ini masyarakat semakin menyukai green tourism, karena itu pencegahan sampah plastic harus dilakukan agar lingkungan tetap bersih.
Pada kesempatan pertemuan menteri-menteri anggota G-20 itu, Menteri Siti mengundang pihak Jepang berkunjung ke Pulau Komodo, Lombok, dan Bali untuk melihat Regional Capacity Centre for Clean Seas (RCCCS), serta menindaklanjuti program kerjasama bidang lingkungan. Kunjungan itu diagendakan Agustus 2019 ini. (kh)