Surakarta,koranpelita.com
Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengingatkan, dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Secara ringkas, dunia dihadapkan pada 4 C, yaitu Covid-19, conflict antar negara, climate change atau perubahan iklim, serta crisis, baik krisis pangan, krisis energi, krisis keuangan, hingga krisis kepercayaan antar komunitas global.
” Untuk Covid 19, jumlah penduduk dunia yang terpapar Covid-19 telah mencapai 643 juta. Sebanyak 6,62 juta diantaranya meninggal dunia,”ujar Bamsoet saat mengisi Forum Dialog dan Bisnis dalam rangka Munas HIPMI XVII, di Surakarta, Senin (21/11/22).
Menurutnya, upaya pengendalian pandemi Covid-19 juga masih dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti terus berkembangnya varian baru virus Covid-19, hingga kesenjangan akses terhadap distribusi vaksin khususnya bagi negara-negara berkembang dan miskin.
” Pengendalian pandemi dengan penerapan lockdown di beberapa negara, juga turut berkontribusi pada pelambatan pertumbuhan ekonomi global,”paparnya.
Selain itu, lanjut Bamsoet, dunia juga dihadapkan pada perubahan iklim yang ditandai hadirnya cuaca ekstrem, dipicu peningkatan konsentrasi gas karbondioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Selain menyebabkan pemanasan suhu bumi, perubahan iklim juga berdampak pada kenaikan permukaan air laut, hingga terjadinya berbagai bencana alam seperti banjir dan badai.
” Perubahan iklim yang ekstrem juga akan mengganggu produktivitas pertanian, yang secara tidak langsung juga berkontribusi pada krisis pangan global,” ujarnya.
Turut hadir sebagai pembicata antara lain Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti, Kabaintelkam Polri Komjen Pol Ahmad Dofiri mewakili Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Walikota Surakarta Gibran Rakabuming.
Hadir juga Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, Kepala LKPP Hendrar Prihadi, Ketua Umum KADIN Arsjad Rasjid, Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Indonesia Anindya Bakrie, serta Pendiri sekaligus Ketua Umum HIPMI pertama Abdul Latief.
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, dunia juga masih dihadapkan pada konflik Rusia dan Ukraina yang mengakibatkan ratusan ribu korban tewas dan puluhan juta warga mengungsi. Serta konflik lainnya seperti di Yaman, yang menyebabkan lebih dari 140.000 korban jiwa. Perang saudara di Ethiopia yang menimbulkan lebih dari 9.000 kematian, bahkan menurut sumber lain, korban jiwa diperkirakan lebih dari 50.000 hingga September 2021.
“Di Afghanistan, pada tahun 2020 saja, jumlah korban jiwa akibat konflik bersenjata mencapai 30.936. Di Myanmar, konflik bersenjata sepanjang tahun 2021 telah menyebabkan korban tewas sekitar 11.114 jiwa. Ketegangan politik antara Tiongkok dengan Taiwan, situasi yang memanas di semenanjung Korea, juga turut mengemuka dalam wacana krisis global,” jelasnya.
Wakil Ketua Umum SOKSI ini menerangkan, perang Rusia-Ukraina turut menyebabkan disrupsi rantai pasok global, sehingga menimbulkan krisis pangan dan krisis energi. Karena hampir sepertiga dari pasokan gandum dunia disuplai Rusia. Demikian juga Ukraina, menjadi negara produsen gandum terbesar ke-tujuh di dunia pada 2021-2022 dengan produksi sebesar 33 juta ton. Krisis pangan dunia menyebabkan ratusan juta penduduk dunia mengalami kelaparan akut. Menurut catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Juli 2022, sekitar 345 juta orang penduduk dunia saat ini dalam kondisi sangat kelaparan.
“Krisis global juga ditandai pelambatan perekonomian dunia. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini hanya sebesar 3,2 persen, dan diperkirakan akan semakin melemah pada tahun 2023 dengan proyeksi sebesar 2,7 persen. Bank Dunia juga memperkirakan produk domestik buto dunia menyusut menjadi 0,5 persen setelah terkontraksi 0,4 persen,” terang Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menambahkan, Organisasi Perburuhan Internasional memproyeksikan tingkat pengangguran global dapat mencapai 207 juta orang pada tahun 2022, di mana 73 juta di antaranya adalah kelompok usia muda. Kondisi perekonomian global juga terancam oleh lonjakan inflasi, atau bahkan inflasi yang super tinggi di beberapa negara. Krisis energi, krisis pangan, dan krisis keuangan global menyebabkan lebih dari 60 negara terancam akan mengalami kebangkrutan ekonomi dan ambruk. Sedangkan 28 negara tercatat telah mengajukan permintaan bantuan keuangan ke IMF.
“Selain krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan, dunia juga terjangkit krisis kepercayaan antar komunitas global. Adanya perasaan saling curiga telah memantik terjadinya ketegangan politik yang jika tidak dikelola dengan baik dan benar, akan berpotensi menimbulkan konflik. Menjadikan lanskap politik dan keamanan global semakin mengkhawatirkan. Misalnya ditandai hadirnya wacana penggunaan senjata nuklir pada perang Rusia dan Ukraina. Di Semenanjung Korea, eskalasi politik juga semakin meningkat, ketika Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik antar benua yang dapat menjangkau wilayah Amerika. Di sisi lain, Korea Selatan semakin intensif melakukan latihan militer bersama Amerika Serikat,”pungkasnya,(sup)