Warga Desa Genting Kabupaten Semarang Dapat Pendampingan Edukasi Wisata Dari Unnes Semarang

Semarang,koranpelita com

Untuk meningkatkan perekonomian di desa warga masyarakat bakal dilatih bagaimana cara menghasilkan usaha rumahan yang mempunyai nilai jual, sehingga banyak diminati para pembelinya.

Guna melancarkan usahanya setidaknya perlu pendampingan. Pendampingan Pengurusan Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) sebagai Wujud Konservasi Kuliner Nusantara di Wisata Edukasi Kalipucung Kabupaten Semarang.

Wisata Edukasi Dusun Kalipucung, Desa Genting, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang merupakan salah satu mitra desa binaan Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang sejak 25 November 2021.

” Desa wisata Kalipucung menawarkan berbagai paket wisata edukasi seperti tarian tradisional dan sensasi kehidupan di desa dengan tinggal beberapa waktu di rumah-rumah penduduk layaknya home stay. Tidak lengkap rasanya jika sebuah destinasi wisata tidak dilengkapi dengan kuliner khas sebagai buah tangan,” ungkap dosen Universitas Negeri Semarang Dr Martien Herna Susanti S sos Msi ketika melakukan penyuluhan kepada masyarakat dalam pengabdian masyarakat.

Dijelaskan, dari usaha dan upaya inilah yang kemudian melahirkan beberapa Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) produk olahan rumah tangga seperti gula aren, jahe instan, dan berbagai olahan makanan yang terbuat dari jamur.

” Dalam kenyataannya beberapa produk olahan masih dipasarkan secara tradisional dan belum memiliki izin edar (nomor PIRT). Tak ayal produk pemasarannya terbatas di sekitar Desa Genting dan Kecamatan Jambu saja,” ujarnya.

Meski demikian, lanjutnya, tidak dapat dipungkiri, produk olahan lokal identik dengan makanan “ndeso” kurang diminati khususnya generasi muda. Selain tidak menarik dari sisi kemasan, rasa yang kurang bervariasi, kurang promosi juga ketiadaan jaminan atas keamanan produk.

” Jika kondisi ini dibiarkan terus berlangsung, maka lambat laun produk pangan tradisional ini akan punah,”paparnya di hadapan ibu ibu yang tergabung dalam UMKM.

Ia menambahkan, punahnya kuliner lokal berarti hilangnya salah satu kearifan lokal di suatu masyarakat. Oleh karena itu, salah satu strategi agar produk olahan kuliner tradisional tetap dapat bertahan di tengah persaingan, produk olahan makanan harus dikemas secara modern, yaitu dengan memberikan pendampingan bagi UMKM.

Terkait pengurusan PIRT, menurutnya, bisa dibagi dalam 2 (dua) tahap, yaitu (1) Pengembangan pengetahuan dan wawasan anggota UMKM mengenai PIRT sebagai jaminan atas keamanan produk, Dua, pendampingan dan pengurusan keamanan pangan dan izin produk. Kegiatan pengabdian diikuti sebanyak 26 peserta yang terdiri atas pelaku UMKM dan perangkat desa.

” Pelaksanaan kegiatan pengabdian dilaksanakan di Dukuh wisata edukasi Kalipucung Kabupaten Semarang sebagai desa wisata relatif baru, dimana UMKM nya mash perlu pendampingan untuk dapat mengembangkan produk olahan lokal,” katanya

Melalui upaya ini, diharapkan, produk olahan UMKM memiliki jangkauan pemasaran yang lebih luas, jaminan atas keamanan produk sekaligus menunjang berkembangnya desa wisata yang ada.(sup)

About suparman

Check Also

IHCBS 2024 Transformasi Besar SDM dan Bisnis Indonesia Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Jakarta, Koranpelita.com Acara akbar bagi pegiat sumber daya manusia (SDM) yaitu “Indonesia Human Capital & …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca