G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa. G20 merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia.
Hal tersebut di atas adalah latar belakang tema yg diangkat pada Seminar PPRA (Program Pendidikan Reguler) LXIV Lemhannas RI Tahun 2022 dengan mengangkat judul “Kolaborasi Kepemimpinan G20: Konektivitas dan Rantai Pasokan Global,” bertempat di Auditorium Besar (Ruang Gadjah Mada) Lemhanas RI, Jakarta Pusat, selasa (11/10/22).
Menurut Ketua Seminar, Kolonel Inf Agus Widodo, S.IP, M.Si, kegiatan ini merupakan puncak dari kegiatan pendidikan, diikuti oleh seluruh peserta PPRA LXIV Lemhannas RI dan undangan baik secara daring sejumlah 250 orang maupun daring lebih dari 1.000 orang dari 100 perguruan tinggi di Indonesia. Sesuai dengan isu G20, seminar ini mengangkat 4 isu utama yaitu ancaman krisis energi, vaksin dan Pangan serta ancaman kelangkaan Cip semikonduktor.
Adapun sebagai pemapar adalah Dr. Kris Wijoyo Soepandji, S.H., M.P.P., dan Dra. Sri Wahyuni, M.P.P.
Turut hadir dan selaku Keynote Speaker Presiden Republik Indonesia Bapak Jokowi yang diwakili oleh Menko Perekonomian, Bapak Ir. H. Airlangga Hartarto, MBA., MMT, sedangkan para nara sumber terdiri dari Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Ibu Retno LP Marsudi, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D, Rektor Universitas Indonesia dan Andi Widjajanto, Gubernur Lemhannas RI.
Dalam kegiatan ini, Presiden Jokowi yang diwakili Menko Perekonomian, menyampaikan bahwa, Dunia saat ini menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19 dan diperparah dengan adanya polarisasi Negara besar seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, China dan Rusia yang menyebabkan terjadinya krisis global, utamanya yang saat ini terjadi konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina.
Lebih lanjut disampaikan dihadapan para Peserta, Presidensi G20 merupakan momentum Indonesia untuk berperan di kancah global menyangkut masalah penanganan Pandemi Covid 19.
Konektivitas dan kepemimpinan global menjadi kunci bagi dunia untuk bisa bersama-sama keluar dari Covid-19. Namun kenyataannya banyak Negara yang cenderung egois, inward looking demi mengamankan National Interest masing-masing, sehingga semangat kebersamaan makin menghilang.
Adapun tujuan PPRA 64 pada seminar ini berupaya berkontribusi dalam bentuk rumusan rekomendasi ttg kepemimpinan Global yang perlu dibangun bagi next presidensi (India) agar Dunia secara bersama-sama keluar dari krisis serta rekomendasi bagi pemerintah terkait kepentingan Nasional.
Tentunya Momen presidensi ini menjadi kesempatan menunjukkan kepemimpinan Indonesia di kancah internasional, khususnya dalam pemulihan ekonomi global. Indonesia merupakan satu- satunya negara di ASEAN yang menjadi anggota G20, sehingga momentum ini juga dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan (showcasing) berbagai kemajuan yang telah dicapai Indonesia kepada dunia, dan menjadi titik awal pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pascapandemi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Indonesia sebagai pemimpin diharapkan dapat menyamakan pandangan dan memastikan ke terlibatan seluruh elemen global dalam upaya pemulihan atas krisis yang bersifat lintas sektor serta mengatasi fragmentasi dalam arsitektur kesehatan global yang kompleks.
“Melalui forum G20 meyakini bahwa pendekatan multilateral akan menjadi platform terbaik, di mana kita dapat menemukan jawaban yang mewakili kesatuan tujuan. Sebagai Presidensi G20, Indonesia telah bekerja sama dengan anggota G20 lainnya dalam menetapkan arah strategis untuk memastikan konektivitas dan rantai pasok global dapat tetap berjalan tanpa hambatan,” Ungkap Menko Perekonomian.
Disamping itu Menteri Luar Negeri RI menyampaikan bahwa Presidensi G20 Indonesia dilakukan di tengah situasi yang sangat sulit, dikarebkan Krisis Ukraina pada akhir Februari 2022 telah menambah kompleksitas permasalahan dunia termasuk pada lingkup G20, ini menyebabkan friksi yang terjadi di dunia internasional dengan pendekatan “with us or against us”
Friksi internasional telah menyebabkan peningkatan hutang publik, penurunan pendapatan per kapita, dan ancaman krisis pupuk yang berdampak pada pasokan beras 3 milyar penduduk dunia.
“Posisi Indonesia adalah menghormati kedaulatan dan integritas wilayah negara lain dan mengupayakan resolusi konflik dengan perundingan bukan dengan menciptakan krisis. Posisi Dunia Internasional saat ini dihadapi krisis multidimensi salah satunya adalah krisis pupuk yang berpotensi menjadi krisis beras, dan jika itu terjadi maka Dunia khususnya Indonesia akan terdampak signifikan, G20 haruslah berhasil,” Terang Menlu.
Kemudian juga disampaikan Gubernur Lemhannas yang juga menjadi Nara sumber bahwa saat ini terjadi patahan global yg diakibatkan adanya friksi negara besar. Melalu presidensi G20, Indonesia diharapkan mampu mengambil peran dan berkontribusi menjadi perekat bagi adanya retakan global tersebut.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, perwakilan kedutaan negara sahabat, beberapa mantan gubernur lemhanas Prof.Dr.Ir.Budi Susilo Soepandji, C.E.S.,D.E.A (2011-2016) dan Letjen TNI Purn Agus Widjoyo (2016-2022) yang saat ini menjabat Duta Besar Filipina, para akademisi serta beberapa rekan Pemred media nasional hadir langsung di Auditorium Gadjah Mada Lemhannas.