Jakarta,koranpelita.com
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo optimistis Indonesia mampu bergerak dari pandemi Covid-19 ke endemi Covid-19. Mengingat angka positivity rate nasional terus menunjukkan tren penurunan.
Dari data hingga 24 April kemarin, berada pada kisaran 0,6 persen. Rasio angka kesembuhan pasien Covid-19 juga mencapai lebih dari 97 persen. Tercatat hingga 20 April, tingkat keterisian tempat perawatan di rumah sakit dan tempat tidur isolasi, juga mengalami penurunan hingga 3,12 persen.
Meski demikian kerja keras dan gotong royong masih diperlukan, karena kewenangan untuk mengubah status pandemi menjadi endemi dimiliki oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), dengan merujuk setidaknya pada lima indikator.
Indikator tersebut antara lain angka laju penularan kurang dari 1 persen, positivity rate kurang dari 5 persen, tingkat perawatan rumah sakit kurang dari 5 persen, rasio angka kematian kurang dari 3 persen, dan PPKM berada pada transmisi lokal level tingkat 1. Kelima indikator tersebut juga harus terjadi dalam rentang waktu enam bulan.
“Momentum perubahan status dari pandemi menjadi endemi, nantinya harus dapat dioptimalkan untuk menghidupkan dan merekonstruksi kembali aktivitas sosial masyarakat, serta menjadi stimulan membangun kembali sendi-sendi perekonomian nasional, termasuk pada sektor pariwisata,” ujar Bamsoet saat memberikan Keynote Speech dalam acara Buka Puasa Bersama dan Pra-Inagurasi “NGOPEK KUY” (Ngobrol Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Yuk), secara virtual di Jakarta, Senin (25/4/22).
Menurut dia, Indonesia yang telah terpilih sebagai tuan rumah peringatan World Tourism Day 2022, yang akan diselenggarakan di Bali pada 27 September mendatang, semua harus dipersiapkan dengan baik.
” Terpilihnya Indonesia dalam forum Sidang Majelis Umum Organisasi Pariwisata Dunia PBB (United Nations World Tourism Organization/UNWTO), mengisyaratkan pengakuan dunia atas eksistensi Indonesia dalam industri pariwisata global,” ujarnya.
Pariwisata Sektor Perekonomian Terbesar Dunia
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, pariwisata adalah salah satu sektor perekonomian terbesar di dunia. Tak hanya melibatkan peredaran uang yang sangat besar, melainkan juga banyak melibatkan sektor-sektor perekonomian lainnya.
“Tercatat pada tahun 2019, sebelum pandemi Covid-19, jumlah wisatawan internasional mencapai 1,5 miliar orang. Sebanyak 364 juta atau sekitar 25 persen diantaranya berkunjung ke kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia,” katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, kontribusi sektor pariwisata terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional pada tahun 2019 mencapai 4,7 persen. Merosot menjadi 4,05 persen pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19, dan sedikit meningkat kembali menjadi 4,2 persen pada tahun 2021.
” Dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melaporkan, devisa yang dihasilkan dari sektor pariwisata tahun 2021 hanya mencapai 0,36 miliar US dolar. Jauh lebih rendah dari capaian tahun 2019 yang mencapai 3,3 miliar US dolar. Di tingkat global, UNWTO mencatat bahwa kontribusi sektor pariwisata pada perekonomian dunia pada tahun 2021 diperkirakan mencapai 1,9 triliun US dollar. Jauh lebih rendah dibandingkan pada masa sebelum pandemi, yang mencapai 3,5 triliun US dollar,” jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini berharap, kehadiran Indonesia Tourism Watch (ITW) harus dapat menjadi bagian dari solusi membangkitkan kembali pariwisata Indonesia. Untuk itu, perlu menjadi kesadaran kolektif dari segenap pemangku kepentingan bahwa faktor kesehatan masyarakat adalah kunci penting, sebagai daya dorong pemulihan bagi sektor-sektor lainnya, termasuk sektor perekonomian.
“Potensi dan kontribusi wisatawan domestik juga harus dioptimalkan. Disadari atau tidak, selama ini potensi wisatawan domestik masih terkesan dipandang sebelah mata, dan belum digarap dengan serius dan maksimal. Padahal dengan jumlah penduduk sebanyak 273 juta jiwa, wisatawan domestik adalah potensi pasar yang sangat besar. Apalagi dalam kondisi saat ini, di mana kedatangan wisatawan mancanegara belum sepenuhnya pulih, seperti sebelum masa pandemi,” tandas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menambahkan, pandemi juga mengajarkan pentingnya melakukan adaptasi terhadap kemajuan teknologi digital, serta melakukan berbagai langkah inovasi. Mengingat Masih banyak destinasi wisata yang belum dikelola secara optimal. Menyongsong hadirnya status endemi, banyak wisatawan yang ingin berwisata sebagai sarana hiburan, setelah dua tahun lebih aktivitas sosialnya terganggu oleh pandemi.
“Momentum ini harus dapat dioptimalkan oleh industri pariwisata, dengan menyediakan sebanyak mungkin alternatif destinasi wisata, termasuk penyediaan paket wisata terintegrasi yang melibatkan lebih banyak sektor, dan tentunya dapat menarik lebih banyak wisatawan,” pungkas Bamsoet.
Turut hadir antara lain, Ketua Umum Dewan Eksekutif Nasional Indonesia Tourism Watch (DEN ITW) Ichwan Abdillah, Sekjen DEN ITW Adyta Raja Sibarani, Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, dan Fungsionaris KADIN Indonesia Bidang Tenaga Kerja Nofel Saleh Hilabi.(sup)