Jakarta,Koranpelita.com
Museum Nasional terus mengembangkan diri untuk menarik minat pengunjung dan memperluas peranannya dalam mengkomunikasikan budaya sesuai dengan kebutuhan zaman. Kali ini, Muscum Nasional mengembangkan Ruang ImersifA yang memanfaatkan teknologi imersif untuk menciptakan pengalaman interaktif bagi pengunjung.
Ruang ImesifA merupakan instalasi permanen video mapping di Gedung A, Museum Nasional, Jakarta, dengan ukuran 12 m x 21 m. Pada setiap sesi pertunjukan, sajian Video mapping berdurasi 30 menit yang diproyeksi dengan sudut 360°, termasuk lantai.
Pengunjung yang menyaksikan akan merasakan sensasi seolah-olah ada di dalam video. Dinding yang mengelilingi dan lantai yang dipijak menjadi layar yang memutar pertunjukan.
Konten ImersifA menampilkan sejarah Indonesia dalam konsep alam, masyarakat, sejarah dan budaya dari masa ke masa. Di ruang ini, pengunjung akan berpetualang, mengalami dunia dari sudut pandang pelaku sejarah.
Layaknya penjelajah pengunjung mengeksplorasi khasanah dan keanekaragaman alam Indonesia, seni dan budaya, kerukunan beragama hingga pengalaman eksotik menembus batas berbagai motif-motif tradisional Indonesia yang tersebar di berbagai koleksi museum, benda cagar budaya dan bangunan cagar budaya.
Keseluruhan gambar dan penyajian menampilkan ornamen dan bentuk-bentuk budaya Nusantara dengan musik yang diaransemen modern, dengan melibatkan audio visual untuk menciptakan sensasi pengalaman unik terutama penglihatan, suara dan imajinasi melalui bantuan teknologi digital.
Masing-masing pengunjung imersif akan merasakan pengalaman dan emosi yang bersifat personal, dan setiap orang berkesempatan merasakan pemaknaan pribadi dan inspirasi Harapannya, dengan wahana baru ini, pengunjung bisa belajar dan mendapatkan pengetahuan budaya dengan cara yang menyenangkan sehingga para pengunjung khususnya generasi muda memiliki kesadaran, pemahaman akan kekuatan budaya Indonesia.
Hal ini akan membantu generasi muda untuk merefleksikan jati dirinya dan menyadari potensinya sebagai bangsa yang besar yang mampu bekerja sama dan hidup berdampingan dengan berbagai bangsa di dunia.
“Harapannya tidak hanya anak millenial, orang tua juga butuh hiburan seperti ini. Yang terpenting bagaimana mereka (ImersifA) bisa memberikan energi ke diri kita, karena di sini syarat akan edukasi bahkan masa lalu menjadi sebuah inovasi,” kata Plt. Kepala Museum Nasional Sri Hartini dalam Peluncuran Ruang ImersifA di Jakarta, Kamis (31/3/2022).
Sri menjelaskan Ruang ImersifA akan dibuka secara gratis selama sebulan mulai Sabtu (2/4) mendatang secara gratis sebagai bagian dari kegiatan promosi.
Hanya saja, kunjungan dibatasi untuk beberapa kelompok masyarakat saja seperti peserta didik yang tidak mampu, penyandang disabilitas, anak-anak dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP), karyawan museum dan lansia.
Untuk tiket masuk ke ruangan tersebut, Sri mengatakan, tiket akan dibedakan dengan tiket masuk ke museum. Namun harga tiket untuk ruang ImersifA belum dapat diputuskan karena menunggu ketetapan dari Kementerian Keuangan.
Sri menekankan, adanya tiket berbayar tersebut perlu dimaklumi, sebab Museum Nasional kini sudah menjadi bagian dari Badan Layanan Umum.
“Masih menunggu penetapan tarifnya karena ini langsung ke pelayanan publik masyarakat, jadi jangan sampai nanti masyarakat terbebani padahal ingin nonton tapi tarifnya ketinggian atau apa, makanya sedang digodok oleh Kementerian Keuangan,” ucap Sri.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid saat meresmikan instalasi ini menyampaikan harapannya.
Salah satunya adalah agar anak-anak muda lebih bisa mengapresiasi dan mendapatkan informasi sejarah lewat cara yang menyenangkan. “Biasanya pengunjung enggak bisa berlama-lama di museum. Jadi ini cara kami memberikan informasi yang banyak dalam waktu singkat,” ujarnya.
Menurut Hilmar apabila ImersifA sukses, ada kemungkinan ruangan itu akan dikembangkan ke museum-museum lain yang ada di penjuru Indonesia. Dirinya turut berharap anak-anak muda dapat lebih tertarik dan mengapresiasi sejarah bangsanya sendiri.
“Indonesia begitu luas untuk sirkulasi koleksi sejarah seperti yang dilakukan orang luar negeri dan itu tidak mudah. Ini konten digital dengan mudah dapat ditransfer ke tempat lain. Mudah-mudahan dengan mereka terinspirasi, ini tugasnya kepala museum mengomunikasikan ke museum lain,” kata Hilmar.
“Saya berharap, anak-anak terutama kalangan muda bisa belajar, lebih mengapresiasi sejarah, dan mendapatkan pengetahuan dengan cara menyenangkan,” tambahnya. (Frans)