Ini dia Galeri MURI. Saya sering mendengar nama itu, tapi belum pernah datang ke galeri yang berlokasi di kawasan pabrik Jamu Jago Semarang. Benar, Semarang, kota asal saya. Dan, akhirnya, kesempatan datang ke Galeri MURI tiba ketika mengikuti Walking Tour atau wisata dengan berjalan kaki yang dipandu oleh mbak Yuli Kuspambudi dari Wisata Kreatif Jakarta.
Pekan lalu tujuan wisatanya ke daerah Kelapa Gading dan salah satu obyek yang dikunjungi adalah Galeri Muri yang berada di Mall of Indonesia (MOI). Meskipun agak terlambat sampai karena keasyikan melihat obyek wisata yang lain, kami disambut dengan ramah oleh pak Awan dan mbak Galuh dari Galeri MURI, yang baru saja direvitalisasi dengan lebih ramah secara digital yang dibuka kembali pada bulan November 2021.
Sebagaimana kita ketahui MURI diprakarsai oleh budayawan dan pengusaha Jaya Suprana. Tujuannya untuk menggelorakan semangat kebanggaan nasional atas karsa dan karya sendiri karena bangsa Indonesia memang layak dibanggakan. Sesuatu yang hebat memang perlu didokumentasikan dengan baik agar banyak orang yang sadar bahwa bangsa Indonesia mempunyai prestasi yang pantas dibanggakan dan tak kalah dengan negara lain.
Untuk dapat mencatatkan rekor pada MURI ada 3 kriteria utama yaitu inovasi atau penemuan baru seperti Penemu Pakan Ternak berbasis Batang Singkong oleh Fakultas Pertanian Universitas Lampung, kemudian superlatif misal terbanyak, terpanjang, tersedikit, tertinggi atau terpendek seperti Festival Tari Saman yang diikuti oleh 12.262 penari pria dari 8 Kecamatan di Kabupaten Gayo Lues Aceh. Sesuatu yang unik misalnya saja, ukiran terkecil pada beras dan batang korek api oleh seniman dari Yogyakarta.
Jika ingin melihat Galeri MURI kita harus mendaftar dahulu melalui sosial medianya MURI seperti facebook, Instagram atau twitter dan tanpa dikenakan biaya. Galeri ini buka pada hari Senin sampai Sabtu dari jam 10 pagi hingga 5 sore. Selama pandemi pengunjung masih dibatasi.
Sampai saat ini lebih dari 5.000 rekor yang telah dicatat oleh MURI dan akan terus bertambah karena setiap hari MURI menerima sekitar 20 pengajuan dari masyarakat melalui websitenya. Pengajuan tersebut bisa dari perusahaan, institusi, pribadi, yayasan dan lainnya sepanjang memenuhi 3 kriteria inti yang bisa dimasukkan dalam 7 kategori: Perintis dan Penemuan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Seni dan Budaya, Olah Raga dan Kesehatan, Ekonomi dan Industri, Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup, Ketatanegaraan.
Selanjutnya pengajuan tersebut akan direview dan diverifikasi oleh Tim MURI. Penempatan prestasi dan karya bangsa Indonesia yang layak dibanggakan di Galeri MURI akan diperbarui secara berkala sehingga selalu menarik dan tak pernah bosan untuk berkunjung kesana.
Beberapa persembahan maha karya Kebudayaan yang ditampilkan di ruang pameran merupakan apresiasi yang tinggi kepada insan yang telah mendedikasikan hidup dan berkontribusi untuk negara yang lebih baik di bidangnya masing masing seperti Mang Udjo sebagai seniman yang memiliki Sanggar Pelestarian Angklung sejak tahun 1966, kemudian Dr Lo Siauw Ging sebagai dokter yang mengutamakan kemanusiaan dengan tidak memungut biaya pelayanan kesehatan kepada kaum miskin dan Alfonso Raga Horeng sebagai pelestari kain Lepo Lorus, yang telah berkeliling ke 32 negara untuk memperkenalkan tenun ikat sebagai maha karya dan nilai nilai hidup masyarakat Maumere.
Selain itu ada juga Al Quran terbesar dengan ukir kayu khas Melayu dari Palembang yang menambah kekayaan budaya Nusantara. Semuanya ditujukan agar kita dapat menghormati dan meneruskan warisan mereka untuk generasi yang akan datang.
Tentu saja keberadaan Galeri MURI juga menjadi salah satu tempat edukasi dimana setiap Senin dan Selasa sebagai tempat yang dikunjungi anak anak sekolah di sekitar Jakarta Utara dengan pembatasan 20 anak selama pandemi ini.
Saat ini Galeri MURI ada di Semarang, kemudian Jakarta, dan Batu Malang di Jatim Park 3 yang berkolaborasi dengan wahana The Miracle. Keberadaan galeri MURI Jakarta berada di Mall karena diberi fasilitas oleh pemilik MOI untuk menggunakan tempatnya secara gratis sebagai galeri.
Setelah mendapat penjelasan dari pak Awan dan berkeliling melihat berbagai foto maha karya yang dapat dilihat dengan aplikasi digital dimana animasi penarinya bisa bergerak, kami diajak menonton di teater OSO.
Teater ini menyajikan informasi mengenai sejarah berdirinya Galeri Muri dan video pilihan terbaik yang menggelorakan semangat kebanggaan Nasional seperti pegelaran Tari Kecak Kolosal oleh 5.555 penari pelajar di pantai Barawa Bali, Pagelaran Tari Tenun oleh 2.000 penari di pantai Petitenget Bali dan pagelaran Tari Gemu Fa Mi Re oleh 346.829 peserta di Markas Besar TNI Cilangkap Jakarta.
Selain itu, kita juga dapat berfoto sebagai penerima piagam rekor MURI yang diberikan langsung oleh pak Jaya Suprana, tentu menjadi kenangan yang tak terlupakan. Dan sebelum wisata berakhir, tentu tak lupa mengkoleksi kaos dan tas MURI serta buku Jaya Suprana sebagai bukti pernah mengunjungi Galeri MURI. Terima kasih mba Yuli dari Wisata Kreatif Jakarta yang telah menemani kita menikmati sabtu dengan sehat dan bahagia.(*)