Banjarmasin, Koranpelita.com
Meroketnya harga minyak goreng di pasaran beberapa pekan ini, cukup membuat gelisah masyarakat khususnya kaum ibu.
Kontan saja kegelisan tersebut disikapi serius wakil rakyat di DPRD Kalimantan Selatan (Kalsel).
Namun begitu, sejauh ini belum ada laporan dari dinas perdagangan ke DPRD setampat.
“Terkait mahalnya harga minyak goreng ini belum ada laporan dari dinas perdagangan ke kita,” ujar Ketua Komisi II DPRD Kalsel, Imam Suprastowo, kepada wartawan di Banjarmasin, Rabu (1/12/2021).
Memang, lanjut ketua komisi membidangi ekonomi dan keuangan ini, saat ini harga tandan buah segar (TBS) sawit sangat tinggi. Bahkan sudah menyentuh angka di atas Rp 3000 per kilogram.
Kendati begitu, Provinsi Kalsel merupakan lumbung tandan buah segar (TBS) karena memiliki lahan kelapa sawit yang luas.
Sehingga komisi II akan mempertanyakan apakah harga yang melambung tinggi ini karena keperluan CPO dunia tinggi, sehingga lebih banyak di ekspor dari pada dipergunakan untuk minyak goreng.
“Ini yang akan kita pertanyakan ke dinas terkait,” tegas Imam Suprastowo.
Wakil rakyat dari Fraksi PDI-P ini menjelaskan, dengan tingginya harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia ditengarai menjadi kendala, sehingga pabrik-pabrik minyak goreng tak mampu membeli CPO karena harga yang mahal.
Sedang keperluan di dalam negeri juga cukup banyak, yangmana sesuai jadwal sudah memasuki B30 dan B50 yang merupakan program pemerintah untuk mewajibkan pencampuran biodesel dan solar yang nantinya menghasilkan produk biosolar. Kondisi ini juga banyak menyerap tandan buah segar sawit.
Salahsatu ibu rumah tangga yang merupakan warga di Kota Banjarmasin, Halimah, mengeluhkan mahalnya harga minyak goreng saat ini.
Kondisi ini tentunya menjadi beban tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
” Kami harap harga minyak goreng ini bisa normal, dan jangan berlarut-larut,” harap Halimah (pik)