Man Suparman
Man Suparman

Opini Man Suparman: Alih Fungsi Lahan Sawah Disulap Jadi Kebun Besi Beton

SEJAK tiga tahun terakhir ini, beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Jabar), diserbu berbagai pembangunan proyek perumahan, pabrik industri, dan berbagai kegiatan bisnis lainnya.

Tentunya kondisi itu, menunjukkan tingginya investasi di daerah, sehingga bisa berdampak terhadap meningkatnya kesejahteraan rakyat. Paling tidak, di sekitar pabrik industri akan tumbuh berbagai kegiatan usaha, dan terserapnya pengangguran.

Dilain pihak, banyak berdirinya pabrik dengan menggunakan lahan sawah yang semula sebagai lahan pertanian akan berdampak buruk pula terhadap penurunan produksi padi/beras, jika tidak diimbangi dengan pencetakan sawah baru, yaitu seluas tiga kali lipat dari lahan sawah yang dialihfungsikan sesuai dengan regulasi.

Tetapi kemudian, sejauh mana pula hasil pencetakan sawah baru, sehingga dapat mempertahakan produksi padi, bahkan surplus padi mengingat lahan pengganti atau pencetakan sawah baru, apalagi luasnya tiga kali lipat dari lahan sawah yang dialihfungsikan sesuai dengan regulasi yang ada?

Di daerah Kabupaten Cianjur ini, alih fungsi lahan yang sangat mencolok, yaitu terjadi di di wilayah Kecamatan Karangtengah, Sukaluyu, Haurwangi, dan wilayah Kecamatan Ciranjang. Ratusan hektar lahan sawah berubah fungsi menjadi pabrik industri penanam modal asing (PMA), perumahan, berbagai tempat usaha, dan lainnya.

Salah satu contoh di wilayah Kecamatan Sukaluyu, yaitu di Jalan Raya Bandung, Km 9, 5, Kampung Lembur Sawah/Pasir Nangka, Desa Sukasirna, berdiri pabrik alas kaki PT. Pou Yuen Indonesia di atas lahan sawah 86 hektar,  pabrik boneka PT. Auora, pabrik jas PT. Fasic di Desa Selajambe, juga di Jalan Raya Bandung, yang menggunakan lahan sawah untuk pabrik hektaran sawah produktif.

Alih fungsi lahahan sawah menjadi pabrik, banyak dikhawatirkan oleh berbagai kalangan akan berdampak menurunnya produksi padi. Namun persoalan ini atau anggapan ini selalu ditepis oleh pihak pemerintahan setempat, bahwa produksi padi selalu surpulus dengan menyodorkan angka-angka dengan alasan karena diimbangi dengan berbagi upaya terobosan peningkatan produksi padi.

Alih fungsi lahan sawah bagi kepentingan bisnis, memang banyak dampak positifnya, dan negatifnya, namun sejauh mana pula agar produksi padi tidak mengalami penurunan.Faktanya secara mata telanjang,  harga beraspun semakin mahal. Negeri ini suka tidak suka harus mengimpor beras.

(penulis Koresponden Cianjur)

About djo

Check Also

BPOLBF Gelar Floratama Learning Center: Bahas Tantangan dan Skema Pembiayaan Reforestasi untuk Pariwisata Berkelanjutan

Labuan Bajo, Koranpelita.com Dalam upaya mendorong keberlanjutan sektor pariwisata dan pelestarian lingkungan, Badan Pelaksana Otorita …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca