Kotabaru, Koranpelita.com
Kepiting rajungan yang selama ini menjadi mata pencaharian warga di Desa Tanjung Pangga, Kotabaru, ternyata memiliki nilai ekonomi cukup tinggi bahkan menguntungkan.
Terlebih, komoditas itu juga diakui mampu menebus pangsa pasar dari ratusan hingga jutaan rupiah perkilogramnya.
Anggota Komisi II DPRD Kalsel, Muhammad Yani Helmi menyampaikan, apabila pemanfaatan dapat dikelola secara baik dan maksimal. Maka, prediksi sebagai penyumbang dalam penerimaan di Desa Tanjung Pangga, Kecamatan Kelumpang Selatan, Kabupaten Kotabaru, bisa bernilai dolar.
“Seandainya komoditi ini bisa dimanfaatkan dari hulu ke hilir, mohon maaf harganya tidak segini, tetapi bisa bernilai harga ekspor. Jadi tidak Rp500.000 – Rp600.000 lagi, tidak menutup kemungkinan potensi tersebut sangat besar,” tuturnya, usai menjaring aspirasi (Reses) di Desa Tanjung Pangga, Kelumpang Selatan, Kotabaru, Jumat (22/10) kemarin.
Anggota Komisi II DPRD Kalsel M Yani Helmi (kemeja putih)
Selaku anggota DPRD Kalsel yang membidangi ekonomi dan keuangan, menurut dia, kepiting yang hidup di hutan bakau di Desa Tanjung Pangga, Kelumpang Selatan, Kotabaru,
mampu dimanfaatkan warga sekitar untuk bertahan hidup. Terlebih, mampu menghidupi kebutuhan sehari-hari para nelayan di daerah tersebut.
“Saya melihat memang wilayah ini sangat berpotensi besar untuk melakukan pembudidayaan kepiting rajungan bakau. Bahkan, kabarnya harga jual komoditi di sejumlah pasarnya pun juga bagus,” anggota Komisi II DPRD Kalsel yang akrab disapa paman Yani.
Sementara itu, Kades Tanjung Pangga, Hendera Jainal Rahmadi mengungkapkan keuntungan yang didapatkan, diakuinya pernah mendapati harga hingga ratusan ribu bahkan jutaan rupiah.
“Saya akui ini adalah komoditas yang sangat baik dan menjanjikan kedepannya bagi perekonomian masyarakat desa menuju pemulihan dimasa pandemi COVID-19. Bahkan, kepiting rajungan bakau ini perlu dilestarikan keberadaaan agar tetap bisa dinikmati hingga penerus kita,” sebutnya.
Meski sempat anjlok karena pandemi, lanjut dia, namun belum lama tadi harga kepiting rajungan bakau kembali terjual normal di pasaran. Bahkan, berangsur-angsur mulai merangkak naik.
“Sempat harga perkilonya di pasaran sekitar Rp8.500 karena dampak dari COVID-19. Tetapi, setelah melandai dan berada di level 2, penjualannya naik secara drastis mulai dari Rp120.000 yang belum dikupas, kalau sudah dikupas cangkangnya untuk mendapatkan dagingnya mampu berkisar antara Rp550.000 – Rp650.000. Bahkan, bisa tembus diangka Rp1.000.000 apabila berhasil diborong oleh penikmat kepiting rajungan bakau,” paparnya.
Dirinya berharap, adanya uluran tangan atau bantuan serta pembinaan dari pemerintah daerah dalam mendorong pangsa pasar dari komoditi kepiting rajungan bakau tersebut. Supaya, perekonomian di desanya juga mampu bangkit dan pulih sesuai potensi hasil laut yang selama ini mampu dimanfaatkan.
“Mayoritas warganya disini selain memanfaatkan lahan untuk berkebun, sebagian juga ada nelayan jadi kami mengharapkan adanya penyuluhan hingga membina bagaimana agar budidaya ini mampu terealisasi secara baik dan berhasil,” harap Kades Tanjung Pangga. (pik)