Jakarta, Koranpelita.com
Forum International Maritime Security Symposium (IMSS) ini merupakan sarana memperluas kerja sama dalam menjaga stabilitas dan keamanan laut.
Demikian disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono, S.E., M.M. dalam sambutannya saat pembukaan kegiatan International Maritime Security Symposium ke-4 Tahun 2021, bertempat di Auditorium Yos Sudarso, Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal), Bumi Cipulir, Jakarta Selatan. Senin (23/8).
Event Internasional ini dilaksanakan untuk yang keempat kalinya dimana IMSS pertama dan kedua dilaksanakan di Jakarta pada tahun 2013 dan 2015 sementara IMSS ketiga dilaksanakan di Bali tahun 2017 lalu.
Kegiatan dengan Keynote Speech Wakil Menteri Pertahanan RI, M. Herindra mewakili Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto yang disampaikan melalui Video Conference (Vicon) ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mengeksplorasi perkembangan trend tantangan ketertiban dan keamanan laut, serta untuk membangun kerangka kerja sama keamanan maritim multilateral yang efektif, sehingga dapat diperoleh suatu konsep upaya mewujudkan ketertiban dan keamanan di laut.
Kasum TNI Letjen TNI Eko Margiyono mewakili Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.I.P., juga berkesempatan menyampaikan opening speech secara Vicon kepada para peserta simposium.
Pada IMSS 2021 yang merupakan agenda tahunan ini mengusung tema “International Maritime Security Cooperation for Security, Peace and Prosperity,” dan dihadiri 27 Atase Pertahanan (Athan) perwakilan Angkatan Laut dari 37 negara dan sisanya melalui video conference termasuk 22 Kepala Staf Angkatan Laut negara sahabat.
Ke-37 negara tersebut adalah Australia, Bangladesh, Brazil, Brunei, Kamboja, Kanada, China, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Iran, Italia, Jepang, Laos, Malaysia, Meksiko, Mozambique, Myanmar, Belanda, Selandia Baru, Pakistan, Peru, Filipina, Rusia, Singapura, Korea Selatan, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Thailand, Timor Leste, Turkey, Uni Emirat Arab, United Kingdom, Amerika Serikat dan Vietnam.
Kasal dihadapan delegasi negara sahabat menyampaikan bahwa, kawasan Asia Tenggara sebagai titik sentral yang menghubungkan kawasan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, menyebabkan setiap negara memiliki kebijakan yang menekankan pada pengembangan tatanan dan mekanisme kerjasama dalam rangka pengelolaan kepentingan bersama di laut dengan berdasarkan pada saling menguntungkan dan kerjasama dalam rangka membahas mengendalikan potensi konflik, ketidakpercayaan, kecurigaan, serta berbagai bentuk ancaman lainnya.
Menurut Kasal, ancaman keamanan non-tradisional terkait environmental security, food security, economic security, energy security, human security, maritime security, masih menjadi topik utama, yang disebabkan adanya keterkaitan, dan memungkinkan terjadinya overlapping, di samping itu kondisi tersebut diperburuk dengan adanya ancaman keamanan di bidang kesehatan, seperti halnya pandemi Covid-19 saat ini.
”Tantangan bidang maritim di masa depan sangatlah besar, sehingga tidak ada satu negara-pun yang mampu mengatasinya sendiri. Dalam perspektif saya, kerjasama merupakan elemen kunci paling memungkinkan dalam meningkatkan dan mengembangkan kapasitas dan kapabilitas dari tiap bangsa dalam menghadapi permasalahan yang muncul dengan jalan saling melengkapi”, ungkap Kasal.
Simposium selama 2 hari ini akan dibagi dalam 6 sesi dengan topik Biological Defense, Maritime Challenge and Oppoturnity; Humanitarian Assistence and Disasters Relief; Building Asian Sail Training Organization and Asian Tallship Regatta Program; Military and Intelligence Activities in EEZ, Rule and Exercise; Building Maritime Security Information Exchange dan Maritime Unmanned or Autonomous Vehicles Operation, Law of the Sea Perspective.(ay)