Mbak Kemi dan Mas Kasam, bersama bapak-simbok dan keluarga, mendampingi kami saat wisuda di ITB.

NKS Menulis Mbak Kemi-2: Berlimpah Kebaikan yang Mustahil Saya Balas

Dari rumah di JL Titiran Dalam I Bandung, Mbak Kemi dan Mas Kasam membeli rumah di daerah Cigadung. Dan, saya yang pertama merasakan rumah mewah itu, jauh sebelum beliau berdua pindah ke Cigadung.

Jadi, ceritanya begini. Saat itu saya ingin merasakan hidup di kos-kosan. Mbak Kemi mengizinkan, tapi kemudian sepertinya tak tega. Lalu, saya diminta menempati rumah baru yang juga menjadi kantor perusahaannya.

Rumah itu, sangat besar. Untuk ukuran saya yang dari Nganjir, bahkan terlalu besar dan mewah. Jadi, kadang saya membatin betapa sangat beruntungnya saya. Bayangkan saja, tempat kos pertama saya selama kuliah di Bandung, adalah rumah megah milik pengusaha pengeboran.

Saya sebenarnya agak takut tinggal sendiri di rumah sebesar itu. Rumah yang kemudian menjadi kediaman keluarga Mbak Kemi hingga saat ini.

Saat tinggal di Cigadung, sesekali saya ikut karyawan CV Kasam Drilling Group, perusahaan keluarga Mas Kasam. Saya ikut, meski kadang hanya bisa melihat-lihat saat para karyawan menyiapkan peralatan di gudang sebelum dibawa ke proyek atau menemani mengantar mesin, pipa atau alat lainnya ke proyek yang tak jauh seperti di Saguling atau Jatiluhur.

Dari keluarga Mas Kasam dan Mbak Kemi, saya belajar bagaimana mereka membangun tim untuk maju bersama. Jika perusahaan maju, tentu karyawan akan ikut sejahtera. Demikian juga sebaliknya. Maka kerja keras untuk maju bersama itu menjadi sangat esensial.

Mbak Kemi mengajak simboknya dan keluarga besar berlibur di Bali tahun 1990. (foto dari buku Kasam Membuka Rezeki)

Kejujuran atau integritas ditanamkan sedari karyawan tersebut masuk bekerja. Saat-saat paling menyenangkan, jika bertemu Mbak Kemi dan Mas Kasam kemudian diskusi banyak tentang hal, termasuk soal-soal politik. Dari diskusi itu, saya tahu Mbak Kemi-Mas Kasam sangat anti dan membenci korupsi dan pungli.

Sementara itu, di lain waktu, saya melihat Mbak Kemi dan Mas Kasam turun tangan memberi contoh dan mengajari tim untuk bekerja. Apalagi, para karyawan baru yang biasanya tak ada pengetahuan sebelumnya. Secara diam-diam, inilah cara sepupu saya itu, menjalankan program upgrade keterampilan bagi karyawan perusahaannya.

Sepanjang saya ikut Mbak Kemi dan Mas Kasam, rasa-rasanya, tak pernah mendengar kata yang kasar atau amarah yang berlebihan dari sosok panutan hidup saya ini. Baik kepada karyawannya, apalagi kepada saya, sepupu yang mengidolakannya.

Saya mengenal konsep reward and punishment, juga dari Mbak Kemi. Bersama Mas Kasam, ada aturan ditegakakan dengan amanah. Mereka yang melanggar aturan main perusahaan, mendapat hukuman sesuai kadar kesalahan diterapkan. Sebaliknya, karyawan berprestasi atau yang telah mengabdi dalam kurun waktu tertentu diberikan penghargaan hingga diberangkatkan haji.

Pola kerja yang penuh kekeluargaan, juga membuat karyawan betah. Saat itu, di saat saya masih kuliah (jadi masih belum tergambar akan menjadi apa) Mbak Kemi dan Mas Kasam sudah memiliki karyawan lebih dari 800 orang.

Yang selalu membuat saya takjub adalah sifat kedermawanan Mbak Kemi dan Mas Kasam. Setiap tahun seluruh karyawan diberikan bingkisan Lebaran, diadakan syawalan dua tahun sekali dengan doorprize sangat menarik.

Mbak Kemi berfoto di depan rumah tabon, di Penggung, Hargorejo, Kokap. (foto dari buku Kasam Membuka Pintu Rezeki)

Tak hanya untuk karyawan, bingkisan juga mengalir hingga ke Kulon Progo. Juga kepada keluarga dan kepada simbok saya. Semasa hidup, Mbak Kemi banyak menyumbang dalam berbagai bentuk.

Tentu banyak pejabat pemerintah baik pusat atau daerah yang mengenal kedua tokoh tersebut. Bagaimana tidak, perusahaan yang didirikan telah menyerap banyak tenaga kerja yang tentunya meringankan beban pemerintah, terutama Pemkab Kulon Progo dalam menyiapkan lapangan pekerjaan.

Ketika kuliah saya memasuki pada tahap penulisan skripsi, Mbak Kemi dan Mas Kasam memberi saran tentang kriteria pendamping hidup yang saya diminta untuk mulai memikirkannya. Kriteria yang penting agar saat mengarungi hidup bersama bisa lancar berkomunikasi dan saling mengisi.

Mbak Kemi hadir saat kami membuat syukuran wisuda.

Lalu kepada Mbak Kemi dan Mas Kasam dengan agak malu saya perkenalkan teman yang mulai dekat. Seorang gadis, teman kuliah yang akrab lantaran mengerjakan tugas akhir yang berat. Dari gestur Mbak Kemi dan Mas Kasam, saya menangkap isyarat bahwa restu didapat. Bahkan, saya dipinjami komputer dan ruangan kantor untuk bisa menyelesaikan skripsi. Namun, karena pada siang hari komputer digunakan untuk bekerja, saya baru dapat menggunakan komputer di malam hari.

Akhirnya kuliah selesai. Dan, tiba saatnya wisuda. Selain kebahagiaan yang diwisuda tentu sebuah kebahagiaan bagi orang-orang yang telah mengantarkan hingga jenjang pendidikan tinggi.

Bapak-Simbok dari kampung datang, keluarga kakak kandung, dan orangtua baru di Bandung yaitu Mbak Kemi dan Mas Kasam turut hadir di kampus berlambang ganesha ini. Mobil Mbak Kemi dan Mas Kasam lagi yang mengantar kami. Mobilnya sudah bukan sedan yang pertama kali mengantar saya daftar ulang di ITB, tapi sedan baru, yang menandakan bisnis Mbak Kemi dan Mas Kasam semakin maju.

Meski saya sudah selesai kuliah, dukungan masih terus mengalir dari Mbak Kemi dan Mas Kasam. Saat saya melamar dan menikah, mereka tak hanya datang memberi restu tapi menyediakan mobil untuk transportasi atau bentuk lainnya yang sangat bermakna.

Pada tahun 1995, saat saya mendapat kesempatan untuk belajar ke luar negeri, lagi-lagi Mbak Kemi dan Mas Kasam mengantar hingga bandara. Juga, saat istri dan anak pertama saya menyusul ke Amerika. Selalu ada dollar diselipkan saat mereka mengantar.

Mbak Kemi sukses membagi peran antara menjadi ibu, pemimpin perusahaan, serta istri bagi Mas Kasam. (foto dari buku Kasam Membuka Pintu Rezeki)

Rasanya tak sanggup lagi untuk menghitung kebaikan keluarga Mbak Kemi dan Mas Kasam. Apalagi untuk membalasnya, saya tak akan mampu melakukannya.

Saya mengagumi sosok Mbak Kemi yang pandai membagi waktu dan berbagi peran. Beliau ada kalanya menjadi pimpin perusahaan, namun tak pernah melupakan peran sebagai seorang ibu dari keempat putera dan menjadi istri dari Mas Kasam. Begitu sabar dan tak pernah memandang rendah orang lain.

Dari beliau saya banyak belajar. Dari beliau saya niatkan diri untuk meneladani. Walau sadar tak akan bisa sehebat dan sebaik Mbak Kemi, saya berusaha untuk terus menjadi orang yang pantang menyerah, bermanfaat bagi banyak orang, dan tak pelit berbagi rejeki.

Kini teladan hidup itu telah pergi. Pergi dan tak akan kembali lagi. Saya menyaksikan sendiri kebaikan Mbak Kemi semasa hidup. Insha Allah husnul khotimah dan syurga sebagai balasannya.

Sugeng tindak Mbak Kemi. Doa kami menyertai. Al-Fatihah.

 

About NKS

Check Also

PNS Kodiklatal Surabaya Gelar Aksi Donor Darah dalam Rangka HUT KORPRI ke-53 Tahun 2024

Surabaya, koranpelita.com Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) ke-53 Tahun 2024, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca