Film Panggil Aku Ayah Menjadi Pengingat Bahwa Keluarga Tidak Selalu dibentuk Oleh Hubungan Darah

Jakarta, Koranpelita.com

Film drama keluarga Panggil Aku Ayah karya sutradara, Benni Setiawan akan segera tayang di bioskop Indonesia pada 7 Agustus mendatang.

Film kolaborasi Visinema Studios dan CJ Entertainment ini diadaptasi dengan film Korea Selatan populer berjudul Pawn. Tayang 7 Agustus, film ini dibintangi oleh Ringgo Agus, Boris Bokir, dan Myesha Lin.

Panggil Aku Ayah mengisahkan tentang Intan (Myesha Lin), seorang gadis kecil yang hanya memiliki ibunya, Rossa (Sita Nursanti).  Rossa yang terlilit utang didatangi dua penagih, yakni Dedi (Ringgo Agus) dan Tatang (Boris Bokir). Terdesak oleh penagih utang, Rossa akhirnya menjadikan Intan sebagai jaminan hutangnya. Dedi yang awalnya hanya melihat Intan sebagai jaminan, perlahan justru terikat dalam kisah hidup gadis kecil ini. Dari pertemuan yang tak sengaja, tumbuh ikatan yang tak terduga.

Sebagai adaptasi dari Pawn, Panggil Aku Ayah tetap mempertahankan inti emosional dari versi aslinya, namun disesuaikan dengan konteks budaya Indonesia. Cerita yang menyentuh tentang cinta tanpa darah ini diharapkan mampu membangkitkan empati penonton tanah air.

Visinema Studios menyebutkan bahwa proses adaptasi dilakukan dengan sangat hati-hati agar tetap menghormati kisah aslinya, namun tetap relevan bagi penonton lokal. Musik dan sinematografi yang menyatu dengan alur cerita menambah kekuatan emosional film ini.

Film ini juga menjadi pengingat bahwa keluarga tidak selalu dibentuk oleh hubungan darah, melainkan oleh kasih sayang dan kebersamaan. Pesan ini dibungkus dalam cerita sederhana yang kuat dan menyentuh jiwa, Panggil Aku Ayah diharapkan mampu mengulang kesuksesan Pawn di pasar lokal.

Produser, Anggia Kharisma mengatakan film ini sebagai bentuk komitmen Visinema menghadirkan konten untuk anak dan keluarga di Indonesia sebagai refleksi kehidupan.

Sebelumnya Visinema sukses menghadirkan animasi Jumbo yang ditonton lebih dari 10 juta penonton. “Jadi bukan sekadar menghibur tapi menyuarakan kegelisahan di masyarakat juga. Ini kami adaptasi karena ada nilai dan benang merah yang tak lekang oleh waktu mengenai cinta dalam keluarga,” kata Anggia Kharisma di Epicentrum XXI Jakarta, Rabu (30/7/ 2025).

Menurutnya, cinta tak harus hadir dari seseorang yang sedarah melainkan juga bisa dari orang lain. “Itu yang ingin kami sampaikan di film ini. Setiap cerita di film ini banyak sekali pengalaman pribadi. Buat saya, film ini jadi personal dan juga emosional sebagai coping mechanism ketika saya harus mengalami kehilangan ayah sehingga cukup membuat refleksi dan memaafkan diri sendiri,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama Produser lainnya, Novia Puspa Sari menuturkan dari awal proses pengembangan naskah memang emosional dengan menambah pengalaman hidup masing-masing tim produksi. “Nyawa film ini menghadirkan emosi, yang begitu dekat dan personal perihal ketulusan cinta hingga membangun keluarga, dan semua itu dibangun melalui karakter di film ini,” katanya.

Pengalaman pertama 

Film ini menjadi pengalaman pertama Benni Setiawan menggarap drama komedi keluarga. “Di film ini, saya tetap mempertahankan apa yang menjadi kekuatan dari film aslinya. Namun, saya juga tidak lepas dari konteks budaya lokal, dengan menampilkan sesuatu yang khas Indonesia,” ujarnya.

Dalam upaya memperkuat kesan emosional, film ini juga ditopang oleh soundtrack utama lagu “Tegar” yang dinyanyikan oleh Rossa, dan di film ini dinyanyikan ulang oleh Sita Nursanti bersama Tissa Biani. Lagu legendaris ini dihadirkan kembali dengan aransemen baru dan pesan yang selaras dengan cerita film.

Rossa sebagai penyanyi mengatakan lagu “Tegar” selalu punya tempat spesial. Saat pertama kali dirilis, kata dia, lagu ini bicara soal kekuatan dalam luka tapi sekarang, ketika jadi bagian dari Panggil Aku Ayah, maknanya ikut berkembang. “Cerita film ini tentang kehilangan, ketegaran, dan cinta yang tumbuh pelan-pelan, semuanya terasa menyatu dengan lirik dan ruh lagu Tegar. Aku merasa sangat terhormat karena Tegar masih relevan dan dipercaya menjadi soundtrack film yang sehangat ini, apalagi karakter Rossa disini memang luar biasa tegar,” katanya.

Lagu “Tegar” menjadi simbol perjalanan emosional antara karakter Rossa, Intan, dan Dedi tentang kasih sayang, pengorbanan, dan ketegaran. Merepresentasikan hubungan ibu dan anak yang teruji oleh keadaan, serta ikatan tak terduga antara Intan dan Dedi yang perlahan tumbuh menjadi keluarga. (Vin)

About ervin nur astuti

Check Also

Poster Resmi “Perempuan Pembawa Sial” Ungkap Sosok Mengerikan dan Tubuh Tanpa Kepala, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Jakarta, Koranpelinta.com IDN Pictures merilis poster resmi dari film horor terbaru mereka, Perempuan Pembawa Sial …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca