Tuberkulosis Masih Menjadi Tantangan Kesehatan Terbesar di Dunia

Jakarta, Koranpelita.com

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu tantangan kesehatan terbesar di dunia, termasuk di Indonesia. Dalam Global TB Report 2024, Indonesia berada di peringkat kedua setelah India dalam hal beban kasus TBC, dengan estimasi mencapai 1.090.000 kasus. Hingga 1 Maret 2024, sebanyak 821.200 kasus telah dilaporkan.

Menanggapi situasi ini, pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen nyata. Pada awal 2025, Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa penanggulangan TBC menjadi salah satu program prioritas “quick win”, termasuk dengan peningkatan alokasi anggaran untuk layanan kesehatan. Namun, tantangan tetap membayangi. Kebijakan internasional seperti pembekuan bantuan USAID oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, serta pemangkasan anggaran Kementerian Kesehatan sebesar Rp 19,6 triliun, menimbulkan ancaman terhadap efektivitas program TBC nasional.

Ditengah berbagai tantangan tersebut, lembaga-lembaga yang bergerak di bidang penanggulangan TBC di Indonesia tetap berkomitmen dan tidak menyerah dalam mengkampanyekan upaya berantas TB.

Dalam menghadapi kompleksitas ini, Stop TB Partnership Indonesia (STPI) bersama dengan PR Konsorsium Penabulu STPI didukung oleh Medco Foundation dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menyelenggarakan rangkaian kegiatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2025 yang berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 28–30 April 2025 di The Energy Building, Jakarta.

Kegiatan ini bertujuan memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam upaya eliminasi TBC di Indonesia. Dewan Pengurus Stop TB Partnership Indonesia, Muhammad Hanif S.E dalam sambutannya menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor :

“Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini karena sangat penting untuk menjadi pengingat sekaligus penyemangat bagi para pejuang TB dan pemerjuang TB.

Penanggulangan TBC bukanlah tugas yang bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Kolaborasi multipihak terutama dengan komunitas lokal yang berinteraksi langsung dengan orang yang terdampak TBC adalah kunci untuk mempercepat eliminasi. Mereka adalah ujung tombak dalam deteksi dini, pendampingan pengobatan, dan penguatan edukasi masyarakat. Dengan bekerja bersama, kita bisa mengubah narasi TBC dari tantangan menjadi kemenangan.

Pada kesempatan yang sama, disampaikan oleh dr. Henry Diatmo, MKM, Direktur Eksekutif STPI dalam Konferensi Pers Hari Tuberkulosis Sedunia 2025 bahwa “Kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang refleksi, namun juga ajakan nyata untuk bertindak.

Diharapkan, rangkaian acara ini dapat menjadi titik tolak baru untuk memperkuat kemitraan dan komitmen dalam menanggulangimenanggulangi TBC, demi Indonesia yang lebih sehat dan bebas dari tuberkulosis,” ungkap dr. Henry.

Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2025 mengusung tema “Terima Kasih Sudah Bertahan, Para Pejuang dan Pemerjuang TBC”, sebagai bentuk apresiasi terhadap para penyintas, tenaga kesehatan, dan relawan yang terus berjuang di tengah keterbatasan.

Selain Konferensi Pers dan Talkshow Kesehatan “AKSI TBC”, rangkaian kegiatan ini dimeriahkan dengan Art Exhibition “Cerita dalam Lensa” yang dibuka secara umum dimulai dari 29 April 2025 – 30 April 2025 di Lantai Mezzanine, The Energy Building, Jakarta Selatan. Pameran seni ini menampilkan 25–40 karya terbaik yang menggambarkan cerita perjuangan penyintas TBC, tantangan sosial, stigma, serta kekuatan komunitas dalam menghadapi penyakit ini. (Vin)

About ervin nur astuti

Check Also

Vidoran Hadirkan “Dunia S.M.A.R.T, Wujudkan Generasi Emas Kuat dan Cerdas

Jakarta, Koranpelita.com Impian besar telah dicanangkan, Indonesia Emas 2045 bertepatan dengan momentum 100 tahun kemerdekaan. …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca