SEMARANG,KORANPELITA– Debat kedua Pilkada Jawa Tengah 2024 menyoroti topik penting tentang kesiapsiagaan bencana, mengingat Jawa Tengah (Jateng) merupakan salah satu dari lima provinsi di Indonesia yang paling rentan bencana alam.
Berdasarkan data BNPB tahun 2023, Jateng mencatatkan 102 kasus longsor, 95 banjir, dan 21 kekeringan—angka yang diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya.
Menghadapi kenyataan ini, pasangan calon Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen memaparkan, serangkaian strategi mitigasi bencana yang komprehensif dan progresif untuk menciptakan Jateng yang lebih aman dan tangguh.
Mengawali jawabannya, Luthfi menyebut Jawa Tengah sebagai “supermarket bencana,” mengingat provinsi ini rentan terhadap berbagai bencana alam, mulai dari banjir, tanah longsor, rob, hingga kekeringan.
“Tahun 2023, Jateng tercatat sebagai salah satu provinsi dengan kasus bencana alam terbanyak. Oleh karena itu, kita butuh strategi mitigasi yang kuat dan terintegrasi,” katanya, Minggu 10 November 2024.
Salah satu solusi yang diusulkan Luthfi adalah penerapan teknologi berbasis aplikasi yang diberi nama Jateng Ngopeni. Aplikasi ini berfungsi sebagai sistem deteksi dini untuk berbagai bencana, seperti rob, banjir, longsor, dan aktivitas gunung berapi, sehingga masyarakat bisa lebih cepat dalam mengantisipasi ancaman bencana.
Melalui aplikasi ini, informasi seputar potensi bencana dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat di wilayah rawan, terutama di kawasan Semarang, Kudus, dan Demak yang kerap dilanda banjir dan rob.
“Jateng Ngopeni memungkinkan masyarakat dan petugas tanggap darurat untuk merespons cepat dan efektif sebelum bencana terjadi,” ungkap Luthfi.
Program Desa Tangguh Bencana
Menurutnya, sistem ini juga terhubung dengan pemerintah daerah dan instansi terkait untuk memantau situasi serta mengarahkan evakuasi atau upaya pencegahan lebih awal.
Selain teknologi, Luthfi dan Taj Yasin berkomitmen memperkuat ketangguhan masyarakat melalui program Desa Tangguh Bencana.
” Melalui program ini, masyarakat di desa-desa rawan akan dilatih menghadapi bencana dan dibekali pengetahuan mitigasi untuk meminimalkan dampak bencana,” paparnya.
Program ini, lanjutnya, juga melibatkan pembinaan terhadap petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan TAGANA untuk meningkatkan kapasitas dalam penanggulangan bencana.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya sekadar menerima bantuan saat bencana, tetapi juga siap menghadapi bencana dengan tangguh,” tambah Luthfi.
Selain itu, Luthfi mengusulkan adanya Sekolah Aman Bencana sebagai bagian dari upaya edukasi dini, di mana siswa, guru, dan tenaga pendidik lainnya dilatih menghadapi situasi darurat bencana di lingkungan sekolah.
Luthfi menekankan, perlunya revitalisasi embung atau penampungan air di wilayah rawan kekeringan. Embung ini diharapkan bisa menjadi solusi untuk menampung air di musim hujan sehingga dapat dimanfaatkan saat kemarau tiba.
” Program revitalisasi embung ini akan difokuskan di kawasan yang paling sering terkena dampak kekeringan.”
Revitalisasi Hutan
Selain itu, Taj Yasin menambahkan, bahwa revitalisasi hutan akan dilakukan di kawasan hulu daerah aliran sungai di Pati untuk meminimalkan risiko banjir.
“Revitalisasi hutan sangat penting untuk mengurangi dampak banjir dan menjaga daya serap air tanah,” ujar Taj Yasin.
Dengan hutan yang berfungsi sebagai penahan air alami, aliran air hujan dapat diserap dengan baik sehingga mengurangi risiko terjadinya banjir besar.
Luthfi juga menyoroti masalah menurunnya muka air tanah, yang kerap menjadi penyebab rob di wilayah pesisir. Salah satu solusinya adalah dengan penegakan Perda (Peraturan Daerah) terkait pengelolaan air tanah agar tidak ada lagi pengambilan air tanah secara berlebihan yang merusak ekosistem pesisir.
Luthfi mengusulkan, agar Perda ini direvisi dan dievaluasi setiap tiga bulan sekali agar sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Selain itu, menyampaikan rencana untuk mengembangkan teknologi desalinasi di pesisir untuk menyediakan air tawar dari air laut.
Saat ini, lanjutnya, teknologi desalinasi sudah mulai diterapkan di Sayung, Demak, bekerja sama dengan Universitas Diponegoro (Undip).
” Teknologi ini diharapkan bisa menjadi solusi berkelanjutan dalam menyediakan sumber air tawar di kawasan yang rentan kekeringan dan rob,” katanya.
Memiliki Potensi Lebih Besar
Tanggapan Luthfi mendapat apresiasi dari pasangan calon gubernur lainnya, Andika Perkasa, yang menyatakan, bahwa program-program mitigasi bencana yang dipaparkan oleh Luthfi dan Taj Yasin memiliki potensi besar untuk memberikan perlindungan lebih bagi masyarakat Jawa Tengah.
“Program mitigasi bencana dari pasangan Luthfi-Yasin ini sangat baik dan berpotensi besar meningkatkan ketangguhan masyarakat Jateng terhadap bencana,” ujar Andika.
Pasangan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin menutup segmen ini dengan menegaskan, bahwa strategi mitigasi yang mereka usulkan tidak hanya berfokus pada respons saat bencana terjadi, tetapi juga pada upaya pencegahan dan pemberdayaan masyarakat.
” Melalui teknologi, pendidikan, dan penegakan hukum yang kuat, mereka berharap Jawa Tengah dapat menjadi provinsi yang lebih siap menghadapi bencana,” tandasnya. (sup)