Batam, Koranpelita.com
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) berupaya untuk bersinergi dengan institusi akademik dalam meningkatkan kualitas perpustakaan dan literasi informasi di perguruan tinggi.
Hal ini dilakukan melalui jalinan kerja sama antara Perpusnas dan perpustakaan perguruan tinggi yang tergabung dalam Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI). Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan Sekretaris Utama Perpusnas Joko Santoso dan para pimpinan perguruan tinggi.
Joko Santoso menyebut hingga saat ini Perpusnas telah memiliki 208 nota kesepahaman dengan berbagai perguruan tinggi. Dan pada kesempatan kali ini, menambah 34 nota kesepahaman baru.
“Kami berharap kerja sama ini akan memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia, dengan perpustakaan yang berperan sebagai pusat informasi yang mendukung penelitian, pembelajaran, dan inovasi,” ungkapnya dalam gelaran Konferensi Internasional Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (KPPTI) tahun 2024 yang digelar di Kota Batam, Kepulauan Riau, pada Selasa (5/11/2024).
Dalam kegiatan yang mengangkat tema “Policies, Libraries & Artificial Intelligence: Managing Digital Technology to Enhance Higher Education Quality” tersebut, Joko Santoso menyebut penandatanganan nota kesepahaman ini mencerminkan komitmen bersama dalam memperkuat kolaborasi di bidang perpustakaan dan literasi informasi.
“Pemanfaatan teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI) dilakukan demi meningkatkan layanan perpustakaan dan mendukung pengembangan sumber daya manusia yang kompeten,” imbuhnya.
Tiga ruang lingkup yang dituangkan dalam nota kesepahaman Perpusnas dengan perguruan tinggi pada kesempatan ini adalah pengembangan bahan pustaka dan jasa informasi, pengembangan sumber daya perpustakaan, hingga pengembangan sumber daya manusia dan teknologi.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, Teknologi Abdul Haris mengapresiasi kegiatan ini sebagai bentuk kontribusi dan komitmen untuk membangun masa depan sistem pendidikan di perguruan tinggi yang lebih baik.
Menurutnya, perpustakaan sejatinya adalah tempat belajar, bertukar ide dan pikiran, hingga terciptanya penelitian atau riset baru. “Dengan hadirnya kecerdasan buatan juga membuka banyak kesempatan baru bagi para pengguna perpustakaan, khususnya mahasiswa dan peneliti. Dengan pemanfaatan kecerdasan buatan, akan membantu mereka untuk menemukan konten-konten baru yang memperkaya penelitiannya,” ungkapnya.
Selain itu, Abdul Haris juga menyebut kolaborasi berbagai pihak dalam meningkatkan peran kecerdasan buatan di perpustakaan akan mempermudah pengguna menemukan sumber-sumber pengetahuan baru dengan bahasa beragam. Dengan begitu, mahasiswa dan peneliti dari Indonesia dapat memberikan kontribusi lebih hingga ke tingkat global.
Dia berharap peran pustakawan akan lebih besar dalam mengelola ilmu dan pengetahuan yang baru yang muncul dari pengguna perpustakaan, khususnya di perpustakaan perguruan tinggi. (Vin)