Yogyakarta, Koranpelita.com
Pemerintah melalui Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Luar Negeri, dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) dan Colombo Plan kembali berbagi praktik terbaik dalam memperkuat peran perpustakaan umum dalam pembangunan sosial.
Upaya kolektif ini dituangkan dalam kegiatan bertajuk Program Berbagi Pengetahuan tentang Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) atau Knowledge Sharing Program on Library Transformation Based on Social Inclusion.
Sekretaris Utama Perpusnas Joko Santoso menyatakan program TPBIS diinisiasi oleh pihaknya untuk meningkatkan literasi, kreativitas, serta mengurangi kemiskinan akses informasi. Dalam program berbagi pengetahuan tentang TPBIS yang diselenggarakan tahun ini, sebanyak 19 peserta dari 11 negara Asia-Pasifik bersama dengan peserta dari Indonesia, akan belajar dan berbagi pengalaman mengenai TPBIS.
“Saya mengucapkan selamat datang kepada para peserta yang berasal dari berbagai negara, yaitu Bangladesh, Bhutan, Laos, Malaysia, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, Filipina, Vietnam, serta Indonesia,” ujarnya saat membuka kegiatan yang tahun ini mengusung tema “Leveraging the Role of Public Libraries in Strengthening Local Community: Best Practices” di Yogyakarta pada Senin (12/8/2024).
Pada tahun lalu, Program Berbagi Pengetahuan tentang TPBIS pertama kali digelar di Jakarta dan dibuka pada 13 November 2023. Kegiatan menghadirkan 18 peserta dari enam negara anggota Colombo Plan dan Indonesia.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, peserta akan diinapkan di desa-desa TPBIS unggulan untuk merasakan, mengalami, dan belajar langsung bagaimana TPBIS dilaksanakan. “Kami berharap pendekatan ini akan memberikan wawasan yang lebih kaya dan berkesan, serta memperkuat pemahaman peserta mengenai pentingnya perpustakaan dalam transformasi sosial,” tambahnya.
Ia mengutarakan harapan agar negara kerja sama Selatan-Selatan dapat memetik hikmah dan manfaat dari kegiatan ini guna meningkatkan peran perpustakaan dalam menguatkan literasi masyarakat secara inklusif.
Pada tahun mendatang, program ini diharapkan berlanjut dan digelar di tempat berbeda. “Mempertimbangkan kesuksesan program di tahun lalu dan implementasi program tahun ini, kami mengusulkan bahwa tahun depan program berlanjut di Bali,” tuturnya.
Kepala Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri Kementerian Sekretariat Negara Noviyanti menjelaskan pentingnya kolaborasi dan pertukaran pengetahuan antarnegara. “Kita berkumpul di sini untuk bertukar ide, berbagi praktik terbaik, dan menjalin jaringan kolaboratif yang akan membantu kita membuka potensi perpustakaan secara penuh,” ujarnya.
Baginya, keberlanjutan kegiatan ini menunjukkan dedikasi kolektif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) pada 2030. “Kehadiran kita semua di sini, menandakan dedikasi bersama untuk meningkatkan kualitas hidup di masyarakat,” ungkapnya.
Noviyanti menyampaikan secara tradisional, perpustakaan dipandang sebagai gudang buku dan manuskrip, yang tenang, tempat menyendiri, dan belajar. Namun di dunia yang pesat ini, peran perpustakaan mengalami transformasi yang mendalam. “Perpustakaan tidak lagi hanya menjadi ruang pasif untuk menyimpan pengetahuan, tetapi menjadi pusat komunitas dinamis yang menumbuhkan kreativitas belajar, dan kohesi sosial,” tambahnya.
Dia menyerukan komitmen untuk masa depan perpustakaan yang lebih inklusif dan berdaya guna. “Mari kita rangkul semangat kerja sama dan kolaborasi serta mari berkomitmen untuk mengubah perpustakaan kita menjadi lembaga yang dinamis, inklusif, dan berdampak,” tandasnya.
Sementara itu, Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu lokasi yang akan dikunjungi dalam kegiatan program berbagi pengetahuan tentang TPBIS. Dalam kesempatan tersebut, Staf Ahli Bupati Gunung Kidul Wahyu Nugroho mengucapkan apresiasi tinggi atas terpilihnya Pengkol, Kedungkeris sebagai salah satu tempat yang dikunjungi dalam kegiatan tersebut.
Dia memaparkan perpustakaan dengan pendekatan inklusi sosial harus memiliki ruang berbagi pengalaman, ruang belajar yang kontekstual, dan ruang berlatih keterampilan kerja.“Dalam implementasinya menggunakan pendekatan pentahelix dengan melibatkan pemerintah daerah, komunitas, dan lembaga kemitraan, akademisi, kementerian/lembaga, dan media,” paparnya.
Untuk memperkuat hal tersebut, dibutuhkan sinergi dan dukungan para pemangku kepentingan baik di pusat maupun di daerah, agar perpustakaan dapat berperan secara strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Dengan keterlibatan berbagai stakeholder, diharapkan meningkatkan kunjungan pemustaka ke perpustakaan dan meningkatnya pelibatan masyarakat dalam kegiatan perpustakaan sehingga memperkuat dan memberikan dampak yang besar bagi keberhasilan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan,” harapnya.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Magelang Wisnu Argo Budiono menyampaikan pemerintah daerahnya sebagai mitra program sejak 2018, terus berkomitmen mendukung keberlanjutan Program TPBIS dengan berbagai kebijakan strategis.
Adapun kebijakan strategis tersebut berupa penerbitan RPJMD dan peraturan daerah yang mendukung pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial dan membangun kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memperkuat literasi masyarakat.
Di samping itu, ia menuturkan dampak positif kinerja TPBIS tersebut. “Salah satunya peningkatan peran dan fungsi perpustakaan, dengan peningkatan jumlah pengunjung sebesar 210 persen dari target,” ungkapnya.
Dalam kesempatan ini, Wisnu mengapresiasi dan berterima kasih kepada pelaksana tugas (Plt.) Kepala Perpusnas atas kepercayaan yang diberikan kepada Kabupaten Magelang sebagai lokasi kegiatan berbagi pengetahuan implementasi TPBIS untuk peserta Colombo Plan 2024.
“Kami informasikan bahwa fokus dan lokasi kegiatan Colombo Plan telah kami siapkan di Perpustakaan Muda Bhakti Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung yang telah direplikasi sejak tahun 2019 dan telah memiliki beberapa prestasi,” pungkasnya. (Vin)