SEMARANG,KORANPELITA – Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menerima penyerahan secara simbolis aset Rumah Apung Tambaklorok dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR), Selasa (28/5/2024). Penyerahan dilakukan oleh Kepala Balai Geoteknik, Terowongan dan Struktur KemenPUPR, Panji Krisna Wardana.
Menurut Panji Krisna Wardana, pembangunan Rumah Apung dari struktur, rangka hingga atap, menelan anggaran sekitar Rp 1 miliar. Bangunan ini memang dirancang untuk mengikuti elefasi air dan anti gempa.
“Kelebihan maintenance sangat murah, selama 8 tahun belum ada indikasi kerusakan apa-apa, walaupun masih uji coba tapi tetap dalam kondisi yang baik,” tuturnya.
Panji berharap, masyarakat bisa memanfaatkan Rumah Apung Tambaklorok sebaik-baiknya. Dirinya mengakui perawatan Rumah Apung sangat mudah karena memang struktur yang awet dan tahan lama.
“Perawatan rehab itu biasanya setelah menginjak usai bangunan 22-30 tahun. Tapi secara umum umurnya bisa sampai 50 tahun,” imbuhnya.
Walikota Semarang yang akrab disapa Hevearita Gunaryanti Rahayu meminta, warga bisa memanfaatkan aset tersebut. Namun ia mengingatkan kepada warga untuk ikut merawat agar bangunan tersebut tetap terjaga.
Rumah Apung Dibangun 2016
Apalagi, Rumah Apung Tambaklorok telah rampung dibangun dan diresmikan pada tahun 2016. Hanya saja memang terkait perawatan dan maintenance masih di bawah kewenangan KemenPUPR.
Saat ini, setelah asetnya diserahkan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, Rumah Apung ini sudah menjadi kewenangan dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang. Ke depan pihaknya meminta dilakukan penataan dan penambahan untuk kebutuhan fasilitas di Rumah Apung Tambaklorok. Termasuk upaya-upaya digitalisasi, seperti pemasangan wifi dan lainnya.
“Sejak dibangun 2016 tidak ada perubahan mendasar, paling ada sedikit. Setelah diserahkan, kini harus dipercantik karena ini masih kosong, hanya ada di atas fasilitas perpustakan. Sekarang kan sudah zaman digitalisasi, sehingga saya minta pertama ada Wifi, karena di sini paling yang datang anak-anak,” ujarnya.
Kedua, lanjutnya, perpustakaan jangan hanya disediakan buku saja, tapi bisa (pakai prinsip-red) digitalisasi, pakai Si Booky jadi baca pakai softfile yang ada 3000 judul e-book,” lanjutnya.
Meski begitu, Rumah Apung Tambaklorok juga bisa digunakan untuk pertemuan warga seperti arisan, sosialisasi program, atau kegiatan sosial, dan pengajian. Mbak Ita berharap, hal ini bisa membuat menjadi terintegrasi dengan destinasi wisata, bahkan menjadi wisata bahari.
“Saya minta juga untuk maksimalkan. Saya juga akan melihat untuk perencanaan Bapeda, pasar (di sekitar Rumah Apung-red) itu dibagusin. Tapi saya cek dulu aset pasarnya apa sudah diserahkan ke Pemkot, karena kalau belum tidak bisa. Karena kita bercita-cita kayak Muara Karang atau Muncar Banyuwangi itu, kan sederhana sekali tempat-tempat yang bisa menarik wisatawan. Misal dengan beli ikan dan makan di sini atau bisa mendapatkan hasil kerajinan dari kerang, tulang ikan. Ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata bahari,” paparnya.(sup)