Jakarta, Koranpelita.com
Potret literasi dan kondisi perpustakaan di Indonesia terangkum dalam buku terbaru berjudul Darurat Literasi Indonesia: Urgensi Reformulasi Sinergi dan Kolaborasi.
Buku ini mengetengahkan potret literasi di Indonesia, kondisi perpustakaan, bahan bacaan, serta kebijakan dan kewenangan penyelenggaraan perpustakaan yang masih perlu dijawab oleh berbagai pihak. Untuk itu, sinergi dan kolaborasi masih harus direformulasikan agar upaya meningkatkan literasi dapat membuahkan hasil dan literasi Indonesia tidak lagi darurat.
“Perpustakaan yang kurang memadai baik dari jumlah bangunan maupun koleksi, kebutuhan pustakawan yang juga masih kurang, sinergi program literasi, dan efektivitas penggunaan anggaran menjadi beberapa permasalahan yang terpampang nyata. Darurat literasi harus diatasi,” ungkap Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih saat peluncuran buku yang diselenggarakan di Jakarta, pada Selasa (19/3/2024).
Disebutkan bahwa buku ini merupakan rangkuman dari hasil kerja Panitia Kerja Peningkatan Literasi dan Tenaga Perpustakaan (Panja PLTP). Pada masa persidangan I tahun sidang 2023-2024, Komisi X DPR RI telah menyelesaikan Panja PLTP.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Adin Bondar mengatakan peluncuran buku ini merupakan langkah strategis menuju Indonesia Emas pada 2045.
“Kehadiran buku ini lahir dari semangat dan kerinduan reflektif dari seorang cendekiawan karena memang literasi dan kegemaran membaca bangsa kita masih perlu didorong agar hadir masyarakat berpengetahuan, inovatif, kreatif, dan produktif,” ucapnya.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) E. Aminudin Aziz juga menyampaikan apresiasi dan masukannya untuk isi buku tersebut.
“Bagi saya, inisiatif untuk menerbitkan buku ini patut diapresiasi karena dengan demikian hak masyarakat untuk memperoleh informasi dapat terpenuhi. Namun, karena tujuannya bukan untuk akademik, buku ini sangat minim dalam membahas kajian akademik dalam hal ini terkait literasi. Harapan ke depan, struktur buku panja berikutnya juga dapat lebih mengangkat segi akademiknya,” jelas Koordinator Gerakan Literasi Nasional ini.
Pada kesempata sama, penulis dan pegiat literasi Asma Nadia berharap jalinan antara perpustakaan dan penerbit buku terjalin lebih baik.
“Sinergi serta kolaborasi antara perpustakaan dan penerbit buku diharapkan dapat terjalin lebih baik lagi ke depannya, sehingga perpustakaan bukan hanya menjadi gudang buku saja tetapi semakin menggiatkan literasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia,” harapnya.
Sebagai informasi, Panja PLTP merupakan bagian dari fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Komisi X DPR RI mengenai persoalan literasi di Indonesia yang berada dalam kondisi darurat. Adapun rangkaian kegiatan yang telah dilakukan Panja PLTP di antaranya Rapat Dengar Pendapat dengan mengundang semua pemangku kepentingan di bidang literasi dan juga melakukan kunjungan kerja di beberapa daerah di Indonesia. (Vin)