Jakarta, Koranpelita.com
Perpusnas mendorong penulis untuk mengangkat nilai-nilai kearifan lokal di daerah dalam naskah atau cerita-cerita yang ditulis dengan pembiayaan dari perpustakaan daerah masing-masing.
“Kami mengajak para penulis berkolaborasi dengan perpustakaan dan penerbit dengan mengangkat nilai-nilai kearifan lokal di daerah dalam naskah atau cerita-cerita yang ditulis,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E Aminudin Aziz usai acara peluncuran buku oleh Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih berjudul “Darurat Literasi Indonesia: Urgensi Reformulasi Sinergi dan Kolaborasi”, di Jakarta Selasa (19/3/2024).
Di seluruh perpustakaan, termasuk di daerah lanjutnya pihaknya mendorong adanya pembuatan buku berbasis nilai lokal. Misalnya, apa yang menarik menurut para penulis lokal yang harus diangkat, kemudian mereka tulis dengan standar karya sastra, dan diterbitkan.
“Ini terus kami dorong, programnya dari Perpusnas, dan pembiayaannya dari perpustakaan daerah masing-masing. Ini salah satu upaya yang kami ingin lakukan supaya kolaborasi antara penulis, penerbit, dan perpustakaan terjalin dengan baik,” ucapnya.
Sebelumnya lanjut Azis, Perpusnas juga telah menyelenggarakan pameran bersama Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan kolaborasi. “Bulan lalu kami menyelenggarakan pameran peluncuran buku bersama Ikapi jadi sudah ada bibit-bibit untuk ke sana (kolaborasi perpustakaan, penulis, dan penerbit),” ujarnya.
10 ribu perpustakaan di desa
Selain itu Azis menegaskan, Perpusnas juga telah merespons peningkatan indeks literasi masyarakat di Indonesia dengan mendirikan 10 ribu perpustakaan di desa.
“Ketika saya masuk ke Perpusnas, ketiadaan perpustakaan di desa kami respons dengan cepat. Tahun ini kami dirikan 10 ribu perpustakaan di desa, pengadaan bukunya kolaborasi dengan Badan Bahasa, Kemendikbudristek, sehingga satu perpustakaan desa akan mendapatkan 1.000 buku,” tuturnya.
Aminudin yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek ini menyebutkan, di tahun 2024 pihaknya akan mencetak 21 juta buku untuk merespons kekurangan bahan bacaan.
“Untuk merespons kekurangan bahan bacaan, kami di Badan Bahasa tahun lalu telah meluncurkan buku 15,4 juta, dan di tahun ini juga akan kami tingkatkan dengan mencetak 21 juta buku,” paparnya.
Ia juga mengutarakan, Perpusnas sedang menyusun standar perpustakaan baik di sekolah, madrasah, perguruan tinggi, maupun perpustakaan umum, agar tidak ada standar ganda.
“Standardisasi untuk perpustakaan sedang diubah instrumennya. Konsepnya sudah kita sepakati bersama, isinya juga telah kami diskusikan antara Perpusnas dengan perpustakaan desa, dan sudah di-‘review’ juga oleh desa, sehingga tidak ada lagi dualisme standar,” ujar Azis. (Vin)