Semarang masih pagi, hari itu. Saya menghirup udara yang (harus diakui) berbeda dengan ketika menghirup udara pagi di Jakarta. Lalu, nah ini yang lebih menyenangkan, sarapan nasi ayam Bu Pini. Dan, itulah awal masa orientasi yang rasa-rasanya, akan membuat betah di Semarang.
Memang. Saya harus mengikuti orientasi yang, ternyata tak melulu wajib dilalui para mahasiswa baru. Sebab, seorang kepala kantor baru pun perlu. Untungnya, orientasi saya dibuka dengan sesuatu yang membuat rindu: sarapan nasi ayam.
Selanjutnya, mengenal makanan khas Semarang dan tempat-tempat kuliner termasuk dalam program orientasi yang wajib diikuti.
Hari itu, di hari pertama orientasi, saya ditemani Mas Gatot. Sosok sok akrab yang menjemput saya di Bandara ini, mengenalkan saya pada banyak pilihan makanan khas Semarang. Maklum ia sudah delapan tahun lebih tinggal di Semarang. Mas Gatot pula yang menjembatani saya untuk cepat mengenal dengan para pimpinan dan temen-temen di kantor.
Setelah kenyang sarapan nasi ayam Bu Pini, saya menuju kantor. Memang ini bukan yang pertama kali saya datang ke Kantor OJK Provinsi Jawa Tengah (KOSG). Tapi jelas berbeda. Soalnya, kali ini saya datang sebagai Kepala Kantor. Seketika, terlintas di kepala saya untuk jaim alias jaga image. Secara sekarang saya adalah kepala kantor. Ah, tapi rasanya itu bukan saya banget. Ya sudah. Saya berlaku biasa-biasa saja, seperti biasanya.
Saya tahu, kantor OJK Jawa Tengah, selalu dikagumi oleh setiap tamu yang datang. Kekaguman, terutama karena kesan megah laksana istana. Memang sih. Bangunan bersejarah itu, merupakan sebuah istana. Namanya, Istana Gergaji, istana yang berada di wilayah atau daerah bernama Gergaji.
Mereka yang mengagumi kemegahan Istana Gergaji, barangkali tidak tahu, ada fakta lain yang jauh lebih dahsyat: angker.
Benar. Selain terkenal karena kemegahannya, gedung yang akan saya tempati ini terkenal dengan cerita beraroma metafisika. Entah benar atau tidak, teringat itu, dalam seketika saya merapal mantra singkir horor.
Hehehehe…bukan mantra sebenarnya. Tapi sekadar membatinkan harapan keselamatan. Setelah itu, berdoa dalam hati. Bukan doa biasa. Sebab, selain doa dijauhkan dari kehororan, saya juga berdoa agar dimampukan memimpin dan menunaikan tugas sesuai harapan organisasi dan para stakeholder. Juga, doa agar saya diterima dengan penuh kehangatan oleh rekan-rekan di Semarang.
Doa-doa saya itu terhenti, sebelum terlalau banyak, ketika sudah sampai di depan kantor. Seorang petugas pengamanan dalam (Pamdal), sigap membukakan pintu mobil. Ini yang tak saya sukai. Saya masih kuat untuk membuka dan menutup pintu mobil sendiri, namun mengapa pintu mobil saja mesti dibukain.
Ketika saya sampaikan hal ini, sang pamdal menjawab bahwa itu bagian dari tugas. Jika tidak membukakan pintu pimpinan, takutnya justru harus bertugas membuka pintu hati yang terkunci. Ini lebih susah lagi katanya. Hahaha… iso ae Mas Pamdal.
Setelah melewati Mas Pamdal yang lucu itu, ada lima orang dengan ramah menyambut kedatangan saya. Pasti lima orang ini adalah satu level direktur dan empat orang level deputi direktur. Dengan begitu saja, satu per satu mereka saya salami sambil mengenalkan diri. Nami kulo Sumarjono.
Dan, dengan hampir serempak mereka mengucapkan kata yang sudah agak jarang saya dengar, sugeng rawuh Pak Sumarjono. Maknyes mendengar kata sugeng rawuh yang berarti selamat datang itu. Semoga ini pertanda baik untuk diterima sebagai keluarga baru di Semarang.
Satu dari lima pimpinan tinggi di KOJK Provinsi Jawa Tengah ini benar-benar tinggi, dengan berat badan yang ideal. Berambut putih, tutur katanya lembut, kalem, dan kharismatik. Pak Heru Prasetio nama beliau. Posisinya sebagai direktur. Pengalamannya sudah tak perlu ditanyakan lagi. Beliau sudah malang-melintang mengawasi bank, bahkan urusan lainnya.
Lantas saya teringat apa yang diucap rekan saya ketika saya sempat khawatir mendadak menjadi kepala kantor. Rekan saya itu bilang semua urusan di Kantor OJK daerah itu selesai pada level direktur. Kepala Kantor tugasnya seremonial dan makan. Wah, pas banget, begitu melihat sosok Pak Heru Prasetio ini. Tapi kok rambutnya putih semua ya?
Melangkah masuk gedung Kantor OJK Provinsi Jawa Tengah, saya diarahkan menuju ruang Kepala Kantor. Di sana sudah tersedia aneka macam makanan khas Semarang. Ada lunpia dan tahu petis. Bayangkan baru datang saja sudah disuruh menjalankan tugas: tugas Kepala Kantor untuk makan.
Teh yang kemudian disajikan oleh Mbak Arum dan Pak Kus menghangatkan obrolan kami. Di antara empat Deputi Direktur ada nama yang rada familiar walau belum pernah bertemu sebelumnya, Bu Dyah Puguh.
Tahun 2019 sewaktu saya ditugaskan di BPJS Ketenagakerjaan, saya pernah dihubungi beliau yang kala itu ngurusin SDM OJK. Saya dibantu untuk urusan ke-SDM-an OJK yang terlupakan sejak saya ditugaskan. Dan, ternyata Semarang mempertemukan saya dan Bu Dyah.
Sementara tiga Deputi Direktur lainnya adalah Pak Riezky Purnomo, Bu Evy Junita, dan Bu Tias Retnani. Ketiga Deputi Direktur tersebut benar-benar saya baru kenal seperti halnya Direktur Pak Heru Prasetio.
Tapi ya begitu. Walau baru bertemu, saya merasa sudah mengenal beliau-beliau cukup lama. Jelas itu karena keramahan mereka.
Setelah dirasa cukup, saya minta rekan-rekan untuk mulai kembali bekerja, kecuali Pak Heru Prasetio dan Bu Tias Retnani. Saya memang sudah menjadwalkan seluruh Deputi Direktur untuk mempresentasikan program kerja untuk tahun 2023.
Saya pilih Bu Tias dan tim sebagai yang pertama agar saya paham kondisi sumber daya yang dimiliki oleh KOSG, baik SDM, fasilitas, maupun sisi anggaran. Sangat penting untuk melangkah ke depan.
Ternyata banyak hal yang mesti saya gali sehingga tak cukup jika pertemuan hanya sekali. Seperti halnya tulisan ini, berhenti di sini tapi akan ada lanjutan yang lebih rinci.
Salam NKS