Semarang,koranpelita.com – Universitas Semarang (USM) dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menggelar rapat koordinasi untuk membangun living laboratory di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bodri, Kabupaten Kendal pada 20 Desember 2023.
Rapat yang dipimpin oleh Biro Infrastruktur dan Sumber Daya Alam Setda Provinsi Jawa Tengah, Eni Lestari ST MT tersebut melibatkan berbagai unsur, termasuk Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup, dan perwakilan dari USM di Ruang Rapat Biro Infrastruktur dan Sumber Daya Alam Setda Provinsi Jawa Tengah.
Permintaan Rektor USM, Dr Supari ST MT untuk menjadikan DAS Bodri sebagai living laboratory mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah. Bupati Kendal akan menugaskan Bappeda dan Dinas Lingkungan Hidup untuk menyusun konsep dan rencana pendirian living laboratory tersebut.
Kepala Biro Infrastruktur dan Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Tengah, Eni Lestari ST MT menyampaikan, pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam pengelolaan DAS. Dia berharap, living laboratory ini menjadi solusi konkret terhadap permasalahan lingkungan, ekonomi, dan sosial di wilayah sekitar DAS Bodri.
”Kolaborasi, koordinasi, dan sinergi antar sektor menjadi kunci dalam pengelolaan DAS Bodri. Diperlukan partisipasi semua pihak, baik dari sektor pemerintah, swasta, maupun kalangan akademisi. Program living laboratory yang diusung oleh Universitas Semarang (USM) sangat mendukung visi keberlanjutan dan perbaikan kondisi saat ini,” kata Eni.
Eni menambahkan, dengan adanya living laboratory, diharapkan terjalin kolaborasi yang nyata antara dunia akademisi dan pemangku kepentingan lain.
”Pada kesempatan ini, kami melibatkan semua pihak terkait yang mendukung keberlangsungan program ini,” lanjutnya.
Inisiatif Baru Dari Universitas
Rektor USM, Dr. Supari ST MT menyatakan, proyek ini merupakan inisiatif baru bagi universitas tersebut, yang ingin berkolaborasi secara intensif dengan berbagai pihak.
”Kami ingin bersama-sama merumuskan strategi untuk menyelesaikan program-program di masyarakat, terutama terkait kualitas air dan keberlanjutan lingkungan di sekitar DAS Bodri. Kami melibatkan dosen dan mahasiswa untuk menyelidiki permasalahan ini dan menghasilkan solusi inovatif,” ujarnya.
Menurutnya, langkah-langkah konkret USM melibatkan pendekatan terintegrasi dari hulu hingga hilir, dengan fokus pada daerah aliran sungai. Dia akan pemanfaatan permasalahan sekitar DAS Bodri sebagai materi penelitian, yang kemudian dijadikan materi pembelajaran di kelas.
Dia berharap, hasil penelitian dapat menghasilkan pendekatan-pendekatan alternatif untuk menyelesaikan tantangan di masyarakat.
”Kami ingin memberikan kontribusi nyata dengan menerapkan teknologi-teknologi terkini di masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih mengenal dan memahami kondisi mereka. Ini adalah langkah konkret USM untuk menyelesaikan program-program masyarakat, terutama terkait tangkapan air di hulu hingga pengairan di perkotaan,” lanjutnya.
Proyek living laboratory ini, katanya, membutuhkan integrasi yang kuat antara sektor pemerintah, akademisi, dan masyarakat, sehingga tercipta solusi yang berkelanjutan.
”Kami ingin menciptakan sinergi antara berbagai sektor untuk memberikan solusi yang holistik terhadap masalah lingkungan, kebutuhan air, hingga aktivitas perikanan di DAS Bodri,” ungkap Supari.
Supari menegaskan, proyek ini bukan hanya sekadar inisiatif, tetapi sebuah komitmen nyata dari USM untuk terlibat langsung dalam masyarakat.
”DAS Bodri bukan hanya sebuah proyek, tetapi alat konkret untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika ini sukses, kami berharap dapat mengaplikasikan model ini untuk wilayah-wilayah lain,” tandasnya.(sup)