Jakarta, Koranpelita.com
Pergantian nama dari minat menjadi budaya menjadi salah satu kebaruan yang ditawarkan dari pengukuhan Pengurus Pusat Gerakan Pembudayaan Minat Baca (PP GPMB) periode 2023 – 2027. Pengurus berharap dengan identitas baru, perkumpulan GPMB menjadi lebih popular di masyarakat.
Salah satu yang difokuskan dalam kampanye GPMB adalah menumbuhkan budaya literasi di dalam keluarga. Sektor ini yang dianggap GPMB belum banyak yang dijangkau oleh para pegiat literasi.
“GPMB akan serius menjadikan literasi keluarga garapan yang serius hingga ke desa-desa,” ucap Dewan Pengawas GPMB Robinson Rusdi pada pengukuhan dan webinar GPMB di Jakarta, Rabu, (6/12/2023). Bahkan, langkah kolaborasi pun disiapkan dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI).
Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas, Adin Bondar, setelah mengukuhkan mengatakan bahwa yang organisasi GPMB memiliki peran sangat strategis meski yang dilakukan GPMB bersifat sukarela. Termasuk yang telah dilakukan selama ini, dan yang akan menjadi program kepengurusan baru. “Tugas pembudayaan literasi merupakan tugas seluruh komponen. Tidak hanya pemerintah. Karena ini adalah gerakan sosial atau social movement,” ucap Adin.
Kolaborasi peran pemerintah dan masyarakat diakui Adin sudah selayaknya dilakukan. Apalagi, dalam Undang-Undang Perpustakaan nyata disebutkan pembudayaan kegemaran membaca dilakukan melalui tiga satuan utama, yakni keluarga, pendidikan, dan masyarakat. “Perpustakaan dapat menjangkau seluruh masyarakat agar dapat memanfaatkan dan menggunakan seluruh potensi perpustakaan untuk meningkatkan kualitas hidupnya,” tambah Adin.
Literasi keluarga yang menjadi fokus GPMB di era barunya adalah kontribusi demi menyongsong Indonesia Emas 2045. Kekuatan Indonesia Emas pada usia seabad terletak bagaimana keluarga membentuk dan menguatkan literasi, utamanya di usia golden age.
“Keluarga merupakan pondasi utama peradaban. Tempat belajar terbaik untuk memahami pengorbanan satu sama lain. Keluarga itu bagaikan pohon yang cabangnya dapat tumbuh ke mana pun tetapi memiliki akar yang sama,” ucap Ketua I PP-GPMB Rachman Ridhatullah.
Literasi keluarga diyakini berperan menumbuhkan karakter keluarga literat dan berpikir kritis, serta mempererat ikatan hubungan keluarga. Pembiasaan membaca dalam keluarga akan membentuk keluarga yang literat.
Dalam Grand Design Strategi GPMB dalam menumbuhkembangkan minat, kegemaran membaca, literasi anak melalui keluarga, salah satunya adalah menumbuhkembangkan dan mendekatkan akses masyarakat kepada literasi keluarga.
Rumah Baca Gerakan Pembudayaan Minat Baca
GPMB menargetkan akan membangun Rumah Baca Gerakan Pembudayaan Minat Baca (RBG) sebagai wadah mengembangkan literasi dalam lingkup Rukun Tetangga (RT). Di mana tujuannya menumbuhkan budaya literasi keluarga berbasis masyarakat dalam lingkup kecil yang diharapkan menjadi cikal bakal ekosistem literasi keluarga di RT. “Lokasinya bisa berada di rumah tokoh masyarakat, Posyandu, atau pun klinik,” ungkap Ketua Umum GPMB Herlina Mustikasari.
Bunda Literasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Gusti Putri memungkasi keluarga merupakan satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. ” Kita semua harus qmemahami peran dan potensi keluarga dalam membudayakan literasi agar tiap individu sadar untuk meningkatkan diri dan lingkungannya, memanfaatkan informasi secara efektif dan mampu berpikir kritis,” pungkasnya.
“Literasi tidak hanya bisa berdampak pada ekonomi, tapi bisa menurunkan angka kemiskinan, angka kematian rendah, kriminalitas serta jumlah pengangguran, ” lanjutnya.
Perpustakaan bertransformasi meningkatkan akses masyarakat ke literasi nasional. Kehadiran perpustakaan sudah semakin baik hingga saat ini sudah ada 164.610 perpustakaan tersebar di serluruh indonesia. “Kami ingin mendekatkan akses informasi dan pengetahuan kepada masyarkat,” (Vin)